Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Dibalik Penangkapan PNS Pajak di Stasiun Gambir

Dugaan suap itu terkait pengurusan pajak pribadi Asep Hendro

Penulis: Edwin Firdaus
zoom-in Cerita Dibalik Penangkapan PNS Pajak di Stasiun Gambir
TRIBUN/DANY PERMANA
Satu di antara terduga pelaku tindak pidana korupsi suap pajak digiring petugas Komisi Pemberantasan Korupsi menuju Kantor KPK di Jakarta, Selasa (9/4/2013). TRIBUNNEWS/DANY PERMANA 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - KPK menangkap tangan bos Asep Hendro Racing Sport (AHRS), Asep Hendro (AH) karena diduga terlibata praktek penyuapan dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pada Kantor Pajak Wilayah Jakarta, Pargono Riyadi (PR), Selasa (9/4/2013) sore.

Dugaan suap itu terkait pengurusan pajak pribadi Asep Hendro.

Juru Bicara KPK, Johan Budi SP mengungkapkan jika penangkapan tiga orang tersebut di dua tempat terpisah.

Pertama di Stasiun Gambir, kemudian di daerah Tole Iskandar, Depok. Penangkapan itu kata Johan berdasarkan informasi masyarakat yang diterima pihaknya akan adanya praktik suap menyuap itu.

Johan lantas menjelaskan kronologi penangkapan di dua tempat tersebut.

Dikatakan Johan, saat melakukan penangkapan di lorong pintu selatan Stasiun Gambir sekitar pukul 17.00 WIB, penyidik berhasil mengamankan Pargono dan seorang pihak swasta Rukimin Tjacahyono (RT)

Tim juga berhasil mengamankan uang sekitar Rp 125 juta yang diduga uang suap komitmen fee pengurusan pajak.

BERITA TERKAIT

Menurut informasi yang dihimpun, transaksi penyerahan yang dilakukan RT dan PR berlangsung singkat.

Seperti adegan sebuah film, RT menyerahkan uang dalam sebuah plastik hitam kepada PR dengan cara hanya berpapasan. Seperti orang yang tak saling mengenal, keduanya bahkan tak melakukan komunikasi saat menyerahkan uang tersebut.

Setelah uang tersebut diterima PR, kemudian tim KPK menangkapnya. Saat melakukan penangkapan, RT sempat melakukan perlawanan.

Sementara PR saat ditangkap hanya pasrah. Bahkan PR yang sudah berusia paruh baya itu sempat berucap kepada penyidik yang menangkapnya.

"Pak saya jantungan loh pak, pelan-pelan ya,"katanya.

Setelah itu, keduanya langsung diboyong ke kantor KPK dengan kendaraan terpisah. RT hadir lebih dahulu, kemudian disusul PR.

Sementara Asep Hendro ditangkap tim 2 KPK yang berbeda di kediaman sekaligus kantornya di daerah Tole Iskandar, Depok, berselang 10 menit tim penyidik menangkap RT dan PR di Gambir.

Tak ada perlawanan saat tim menagkap AH. Setelah ditangkap, AH kemudian diboyong ke Markas Abraham Samad Cs.

"Saat penangkapan, RT melakukan sempat melakukan perlawanan. AH langsung dibawa ke kantor KPK. Dia ditangkap tanpa perlawanan," kata Johan Budi di kantornya, Selasa (9/4/2013) malam.

Sementara dugaan komitmen suap sebesar 600 juta. Namun, Johan enggan menjelaskan hal tersebut lantaran tim KPK tengah mendalaminya. Yang jelas, kata Johan saat menangkap RT dan PR tim mengamankan sejumlah uang.

"Di tempat PR dan RT, KPK juga mengamankan sejumlah uang dalam pecahan Rp 100 ribu yang ditaruh disebuah kantong plastik," kata Johan.

Saat ini, ketiganya terang Johan masih menjalani pemeriksaan intensif di KPK. Selama 1X24 jam status ketiganaya akan ditentukan penyelidik KPK.

Sementara, Rabu pukul 00.40 WIB, KPK kembali memboyong satu satu orang lagi terkait kasus yang sama. Mengenakan jaket kulit hitam dan membawa tas kerja, oknum tersebut langsung dibawa masuk petugas ke dalam Kantor KPK.

Belum diketahui identitas oknum tersebut. Juru Bicara KPK, Johan Budi dikonfirmasi mengaku belum mendapat informasi.

Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas