Melani Leimena Suharli: Pendidikan dan Emansipasi Harus Lebih Maju
Wakil Ketua MPR Melani Leimena Suharli mengatakan, pendidikan merupakan fondasi dari kemajuan suatu bangsa.
Penulis: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Melani Leimena Suharli mengatakan, pendidikan merupakan fondasi dari kemajuan suatu bangsa. Mau tidak mau pendidikan di segala bidang harus ditingkatkan kemajuannya. Jika tidak, kita akan berjalan di tempat sebagai bangsa, sementara bangsa lain jauh meninggalkan kita.
“Pendidikan itu sangat penting. Saya tekankan, terutama pada setiap wanita agar meningkatkan pendidikannya. Dengan pendidikan yang tinggi, tidak sulit untuk menerapkan emansipasi wanita,” ujar Melani Suharli dalam perbincangan dengan pers dalam kaitan peringatan Hari Kartini, Kamis (18/4/2013).
Melani mengingatkan, Hari Kartini harus dijadikan momentum bagi bangsa Indonesia untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan, kualitas SDM, dan khususnya meningkatkan mutu dan kapasitas perempuan Indonesia memasuki era yang sangat kompetitif. Bekal pendidikan yang tinggi dan bermutu menjadikan SDM Indonesia akan dihargai oleh bangsa lain.
“Saat ini menurut saya pendidikan sudah cukup maju, apalagi komitmen pemerintah juga sangat tinggi dengan mengalokasikan anggaran pendidikan yang paling besar diantara pos-pos APBN lainnya. Namun demikian, kualitasnya harus terus ditingkatkan dan yang tak kalah penting adalah bagaimana pemerataan pendidikan itu menjangkau semua masyarakat di seluruh pelosok Tanah Air” ujar Melani Suharli.
Selain pendidikan, soal emansipasi merupakan hal yang sangat penting dan strategis. Karena itu dalam rangka memperingati Hari Kartini ini, Melani kembali mengingatakan agar kaum wanita meningkatkan kualitasnya dalam berbagai aspek, agar emansipasi bisa diraih dengan mudah.
Untuk wanita perkotaan, emansipasi sudah sangat maju. Tetapi sebaliknya di daerah, masih banyak terkendala oleh budaya dan kebiasaan yang menempatkan wanita di posisi kurang penting atau hanya mengurus dapur dan rumah tangga saja. “Ini yang harus diluruskan,” katanya.
Kartini ungkap Melani telah berusaha keras memperjuangkan emansipasi wanita ini, meskipun akhirnya dia juga menjadi korban kultur Jawa dan harus tunduk oleh kemauan orang tuanya agar menikah dan membuang jauh keinginan untuk bisa sekolah dan belajar lebih tinggi lagi.
“Lewat tulisan-tulisannya atau surat-surat yang dikirimkan ke sahabatnya, yang kemudian dikumpulkan dan diterbitkan oleh Abendanon menjadi buku dengan judul Door Duisternis tot Lich. Kemudian terbit juga edisi bahasa Inggrisnya dengan judul Letters of a Javaness Princess. Beberapa tahun kemudian, terbit terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran (1922). Saya meresapi perjuangan luar biasa Kartini bagi masa depan Indonesia, khususnya kaum wanita,” ujar Melani Suharli.
Dalam konteks modern saat ini kata Melani, sesungguhnya kaum wanita Indonesia memiliki kesempatan luar biasa untuk maju dan berkembang. Sudah banyak posisi penting yang diduduki kaum wanita. Bahkan Indonesia pernah memiliki presiden perempuan.
Jadi, posisi wanita itu sangat penting dalam berbagai bidang, termasuk politik. Dalam kaitan ini Melani kembali mengulang pernyataannya akan peran dan kepemimpinan Ibu Ani Yudhoyono yang selama 8 tahun ini mendampingi Presiden Yudhoyono.
“Bukan tidak mungkin, nanti dia akan dicalonkan dan saya sangat mendukung jika Ibu Ani mau maju . Paling tidak ini memberi spirit bagi kaum wanita Indonesia untuk meraih jabatan-jabatan politik yang memang kini terbuka,” kata Melani.