FITRA Temukan Proyek Aneh DPR
Forum Indonesia Untuk Transparasi Anggaran (FITRA) merilis sejumlah proyek aneh di Dewan Perwakilan Rakyat
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Forum Indonesia Untuk Transparasi Anggaran (FITRA) merilis sejumlah proyek aneh di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
"Pada tahun 2013, DPR mempunyai proyek-proyek yang "aneh-aneh" karena mahal, dan diluar akal sehat publik," kata
Direktur Investigasi Dan Advokasi FITRA Uchok Sky Khadafi di Jakarta, Senin (13/5/2013).
Proyek-proyek yang dinilai aneh oleh FITRA seperti:
1). Penggantian Conferensi system di ruang rapat paripurna II gedung Nusantara II sebesar Rp.18.800.014.000
2). Penggantian Mesin pendingin AC di gedung Nusantara I DPR RI sebesar Rp.16.000.000.000
3). Pengadaan Compressor Chiller AC Gedung Nusantara I DPR RI sebesar Rp.3.294.000.000
4). Pemeliharaan alat pendingin sebesar Rp.8.177.000.000
5).Pemasangan conference system ruang rapat Komisi I dan Komisi VIII serta portable sound system sebesar Rp.2.152.000.000
6). Pergantian Travo gedung DPR RI sebesar Rp.2.396.507.000
Uchok menyatakan proyek tahun 2013 ini menjadi aneh karena dalam lelangnya DPR malah memenangkan perusahaan dengan penawaran harga tertinggi.
Ia mencontohkan proyek pergantian travo Gedung DPR 2013 misalnya, DPR memenangkan PT. APU yang mengajukan anggaran sebesar Rp 2.086.143.000. Padahal, masih ada perusahaan yang memiliki penawaran lebih murah, seperti PT. ONP sebesar Rp 1.983.480.235, dan PT. TJUT sebesar Rp 2.061.171.000.
Yang lebih mengherankan, kata Uchok, proyek pengadaan Trafo sudah pernah dilakukan pada tahun anggaran 2011 dengan harga perkiraan sementara sebesar Rp 2.091.106.000.
Kemudian adanya proyek penggantian Mesin pendingin AC di gedung Nusantara I DPR RI sebesar Rp.16.000.000.000, dan Pemeliharaan alat pendingin sebesar Rp.8.177.000.000. "Proyek ini mahal benar, dan diluar logika berpikir sehat yang berdasarkan pengematan uang negara," ujarnya.
Yang paling aneh, lanjut Uchok, proyek DPR selalu ada yang bernama anggaran untuk pemeliharaan. "Tapi kok kalau sudah dibeli dan jadi milik pemerintah, selalu rusak, atau diganti. Jadi uang untuk pemeliharaan selama ini dipakai untuk apa yah?" tanya Uchok.
Kedua contoh di atas belum termasuk proyek penggantian conferensi system di ruang rapat paripurna II gedung Nusantara II yang menghabiskan anggaran sebesar Rp 18.800.014.000.
Uchok mendesak proyek-proyek aneh tersebut dihentikan. Menurutnya proyek-proyek itu mubazir dan lebih baik direlokasi untuk perbaikan fasilitas gedung pengadilan yang panas, pengap, dan tidak nyaman.
"Kalau Semua gedung DPR ingin serba wow tapi kok anggota dewannya, masih suka rapat di Hotel-hotel mewah dan hal ini menjadi mubajir dong fasilitas gedung DPR yang serba wow tersebut," tuturnya.