Tanggapan Istana Atas Protes Romo Magnis
Juru bicara Presiden, Julian A Pasha angkat suara terhadap protes Rohaniwan Franz Magnis Suseno atau akrab disapa Romo Magnis
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru bicara Presiden, Julian A Pasha angkat suara terhadap protes Rohaniwan Franz Magnis Suseno atau akrab disapa Romo Magnis kepada Appeal of Conscience Foundation (ACF), yang akan memberikan award toleransi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Menurut Jubir Presiden ini, pemberian award dari lembaga independen dan kredibel seperti the Appeal of Conscience Foundation dari AS, merupakan suatu penghormatan atas pengakuan internasional.
"Pengakuan internasional bahwa Presiden SBY dinilai pantas sebagai tokoh yang berhasil menjaga kerukunan dan rasa saling toleransi antarumat beragama," ujar Julian dalam pesan singkatnya kepada wartawan, Kamis (16/5/2013).
Selain itu Presiden SBY, kata dia, oleh dunia dinilai positif dengan mengedepankan setiap langkah konstruktif tanpa kekerasan dalam mencari solusi atas perselisihan dalam masyarakat.
Kemudian menurutnya, dunia menilai SBY baik dalam menjaga komitmentnya dalam mengawal dan memberikan ruang demi hidupnya demokrasi di negara ini.
Sebelumnya, Rohaniwan Franz Magnis Suseno atau akrab disapa Romo Magnis membenarkan dirinya melayangkan surat (email) protes kepada Appeal of Conscience Foundation (ACF), yang akan memberikan award toleransi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Untuk diketahui Appeal of Conscience Foundation (ACF) merupakan sebuah organisasi yang mempromosikan perdamaian, demokrasi, toleransi, dan dialog antar kepercayaan yang berbasis di New York, Amerika Serikat.
"Betul saya mengirimkan emai dua hari atau tiga hari lalu kepada mereka (Appeal of Conscience Foundation/ACF)," ungkap Profesor yang menamatkan studi S2 filsafat di Hochschule fur Philosophie di Pullach, Jerman ini ketika dikonfirmasi Tribunnews.com, Rabu (15/5/2013).
Romo Magnis yang juga dikenal sebagai budayawan ini, memprotes pemberian award toleransi kepada SBY, karena kenyataan di Indonesia masih banyak terjadi sikap intoleransi kepada minoritas.
Menurutnya salah satu contoh yang bisa dilihat adalah sulitnya minoritas membangun rumah ibadah agama. Dan masih banyak kenyataan yang menunjukkan sikap intoleransi di lapangan yang terjadinya.
"Kenyataannya bagi minoritas bangun rumah ibadah makin sulit. Dan masih banyak lagi," tuturnya dari sambungan telepon.
Menurut Romo Magnis yang dekat dengan tokoh-tokoh intelektual Islam seperti almarhum Nurcholish Madjid atau Cak Nur dan mantan Presiden Abdurahman Wahid alias Gus Dur, tidak layak lah penghargaan toleransi diberikan kepada Presiden SBY.
Alasannya, imbuhnya, pemerintak tidak secukupnya berusaha melindungi minoritas. Sikap pemerintah yang melindungi dan memberikan keadilan dan hak yang sama sebagai warga negara untuk beribadah terhadap minoritas masih jauh dari harapan.
"Tentu tidak layak (Presiden mendapat award toleransi). Pemerintah tidak secukupnya berusaha melindungi minoritas," ujar dia.
Karena alasan itu, Pria yang lahir di desa Eckersdorf, Silesia, Jerman dengan nama Franz Graf von Magnis melayangkan protesnya kepada organisasi berbasis di Negeri Paman Sam yang akan memberikan penghargaan kepada Presiden SBY.
"Saya mempertanyakan kepada mereka, mengapa mereka tidak bertanya sebelum memberikannya. Menelitinya dulu mengenai yang sebenarnya? Kenyataannya bagi minoritas membangun rumah ibadah makin sulit," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.