Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Merisaukan, Pejabat Istana Punya Strategi Intoleran

Menurut Eva, serangan Dipo ke pemimpin agama minoritas menggenapi nasib buruk kelompok agama minoritas

Penulis: Srihandriatmo Malau
zoom-in Merisaukan, Pejabat Istana Punya Strategi Intoleran
ist
Eva Kusuma Sundari Politisi PDIP 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota DPR dari Fraksi PDI-Perjuangan, Eva K Sundari amat menyesalkan pernyataan Sekretaris Kabinet Dipo Alam ke pemimpin agama minoritas dalam kicauannya menanggapi protes rohaniawan Romo Franz Magnis Suseno seperti ditulis dalam akun Twitternya, @dipoalam49.

Menurut Eva, serangan Dipo ke pemimpin agama minoritas menggenapi nasib buruk kelompok agama minoritas yang tidak saja umatnya menjadi sasaran kekerasan fisik oleh ormas-ormas dan pejabat daerah yang intoleran.

Dengan pernyataan Dipo, jelas menunjukkan pemimpin agama yang menyuarakan kebenaran menjadi sasaran kekerasan verbal pejabat istana.

"Ini merisaukan, pejabat istana turut strategi intoleran dengan menggiring emosi umat beragama untuk menyoal siapa yang bicara bukan apa yang dibicarakan. Sementara kita paham bahwa kekerasan berbasis agama selalu berawal dari emosi, prasangka kebencian atau hate speech," kata Eva kepada Tribunnews.com, Jakarta, Jumat (24/5/2013).

"Pak Dipo menyempurnakan nasib buruk kelompok minoritas dengan hate statement terhadap pemimpin minoritas," tambahnya.

Eva berharap Dipo segera meralat dan meluruskan dengan pandangan yang rasional, berisi data dan fakta prestasi-prestasi pemerintahan Presiden SBY. Misalnya berapa tindakan-tindakan konkrit Presiden SBY mengendalikan kelompok intoleran, perlindungan minoritas, pengembalian HAK konstitusional mereka minoritas yang terampas.

"Juga tone of the top yang tegas terhadap politisi dan polisi lokal yang tidak taat konstitusi dan sebagainya sehingga pembelaan berdasar sesuai prinsip apple to apple," tuturnya.

Berita Rekomendasi

Lebih lanjut Eva menjelaskan protes Romo Magnis amat masuk akal. Karena umatnya menjadi bagian kelompok minoritas yang jadi korban kekerasan.

Setidaknya, Dipo tidak menutup mata bahwa ada 500 gereja di Jawa Barat yang ditutup, disegel, dirobohkan sejak pemerintahan Presiden SBY berkuasa 2004 lalu.

"Jadi bukan hanya Syiah dan Ahmadiyah korban yang disuarakan Romo Magnis," terang dia.

Menurutnya pula, protes Romo Magnis makin menguat karena hal yang sama disuarakan Buya Syafii Maa'rif, Setara Instiute, dan puluhan LSM-LSM yang bekerja untuk toleransi dan perdamaian yang sedang mengedarkan petisi protes yang sama dan penanda-tangannya. Termasuk ilmuan Amerika Jeremy Menchik dan Gereja-gereja di Washington yang bersolidaritas ke minoritas di RI.

"Saya harap pak Dipo segera meralat dan meluruskan dengan statement yang rasional, berisi data dan fakta prestasi-prestasi pak SBY. Misalnya berapa tindakan-tindakan konkrit mengendalikan kelompok intoleran, perlindungan minoritas, pengembalian HAK konstitusional mereka yang terampas, " pesannya.

Sebelumnya, di Twitter, akun @dipoalam49 milik Dipo, Seskab ini menilai surat terbuka Franz Magnis Suseno kepada Appeal of Conscience Foundation (ACF) --lembaga yang akan memberikan penghargaan World Stateman Award kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-- tak akurat. Dia misalnya berkicau, "Masalah khilafiyah antar umat Islam di Indonesia begitu banyak, jangan dibesarkan oleh yang non-Muslim, seolah simpati minoritas diabaikan."

Dipo mentwit soal polemik pemberian penghargaan bergengsi ini pada SBY sejak Selasa 21 Mei 2013 lalu. Twit terakhirnya adalah tiga jam lalu. Ada sekitar 12 kicauan Dipo di media sosial tentang topik ini.

Twit yang paling banyak dibicarakan adalah ketika Dipo menegaskan, "Umaro, ulama dan umat Islam di Indonesia secara umum sudah baik, mari lihat kedepan, tidak baik pimpinannya dicerca oleh yang non-muslim FMS."

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas