Megawati Terharu Berpidato di Tugu Proklamasi
Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia (Perjuangan), Megawati Soekarnoputri terharu saat membacakan pidato
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia (Perjuangan), Megawati Soekarnoputri terharu saat membacakan pidato di depan ribuan kader PDIP dalam rangka memperingati hari lahir Pancasila, di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Sabtu (1/6/2013).
Mega terharu saat pidatonya menyinggung Pancasila telah menjadi barang asing di hadapan anak-anak sendiri. Pancasila menjadi sesuatu yang dilihat sebagai beban yang harus dihindari. Sebagian bahkan merasa trauma dengan Pancasila.
Menurutnya, penggalian Pancasila oleh Bung Karno merupakan prestasi sejarah maha besar yang membebaskan negeri ini dari kemungkinan terjadi sengketa ideologis yang dari pengalaman banyak bangsa baru telah memakan korban anak-anaknya sendiri.
"Pancasila telah menjadi fondasi. Di atas Pancasila rumah besar bagi setiap anak negeri telah dibangun. Di atas Pancasila, kewarga-negaraan sebagai prinsip dalam pengelolaan politik kenegaraan ditegakkan," kata Mega.
"Inilah menurut hemat saya fondasi bagi setiap dialog antar peradaban yang disumbangkan oleh Pancasila bagi dunia. Sesuatu yang terus menerus perlu kita rawat dari waktu ke waktu," katanya.
Lebih lanjut Mega mengatakan, hal di atas penting diperhatikan karena dalam perkembangan sejarah, untuk beberapa dekade Pancasila telah dipisahkan dari Bung Karno sebagai penggalinya, dikaburkan pengertian-pengertiannya, diselewengkan, dan akhirnya secara halus dan pelan-pelan telah ditinggalkan dalam prakteknya.
Berbagai pelanggaran dan tindakan represeif atas nama Pancasila di masa lalu telah menjauhkannya dari gambaran idealnya sebagai ideologi berrsama. Pancasila telah berubah menjadi pedang yang siap diayunkan dengan penuh kemarahan pada setiap anak negeri yang berbeda pandangan dengan pemerintah.
"Bagi Indonesia, memudarnya Pancasila di mata dan hati rakyat sendiri telah berakibat jelas, Indonesia kehilangan orientasi yang berujung pada keterpurukan bangsa secara kolektif," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.