Mensos: Pemuda Agen Perubahan Sosial
Kementerian Sosial mendukung berbagai upaya untuk mewujudkan pemuda yang berwawasan nasionalisme,
Penulis: Widiyabuana Slay
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Peran pemuda dalam perubahan sosial memiliki posisi strategis. Kementerian Sosial mendukung berbagai upaya untuk mewujudkan pemuda yang berwawasan nasionalisme, sekaligus sebagai agen perubahan sosial.
“Melemahnya wawasan kebangsaan merupakan ancaman. Di tangan para pemuda-lah dapat ditumbuhkan kembali agar NKRI tetap utuh dan terjaga, ” kata Menteri Sosial Salim Segaf Aljufri dalam orasi ilmiah di Muktamar ke VIII Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) di Universitas Terbuka (UT) di Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (2/6/2013).
Untuk memperkuat wawasan kebangsaan bisa dilakukan melalui dua cara, yaitu memperkuat kohesi sosial bangsa Indonesia. Artinya, menyatukan cita-cita, menyatukan tujuan hidup dan mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan.
“Berbagai kesamaan itulah menjadi dasar, bangasa Indonesia bisa tetap eksis dan mampu menjawab setiap tantangan zaman,” ujarnya.
Kedua, memperkuat adhesi sosial. Dimana berfungsi merekatkan keberagaman karakteristik bangsa dengan sistem demokrasi yang kondusif bagi kemajuan bangsa serta pemerintahan yang berwibawa, bersih dan amanah, serta dikuatkan rasa bangga sebagai dari komponen bangsa Indonesia.
“Para pemuda memiliki tugas memperkuat kohesi dan adhesi sosial. Saya percaya KAMMI bisa melakukan itu dengan baik, untuk kejayaan dan kemajuan bangsa, sekaligus menjadi pencerah di tengah masyarakat, ” tandasnya.
Kemensos, kata Salim, mengapresiasi muktamar dengan tema, ‘Menyongsong Kebangkitan Peran Indonesia di Kancah Dunia Dengan Gerakan Intelektual Profetik dan Semangat Keberislaman’. Tentu saja, hal itu merupakan potensi dan fakta, Indonesia sangat berpotensi bangkit di tingkat global.
“Jim O’ Neill, Chairman Goldman Sachs Asset Management, memprediksi Indonesia akan maju dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, ” ucapnya.
Indonesia sebagai negara muslim terbesar, memililki potensi filantropi atau kedermawanan yang berpotensi sebagai sumber kemajuan. Filantropi tidak hanya bergerak dalam bentuk dana, namun segala upaya untuk peduli terhadap sesama manusia. Artinya, filantropi bisa menjalin kesetiakawanan sosial.
“Kemensos telah melakukan MoU dengan Baznas sebagai upaya mengoptimalkan zakat, infak, sedekah dan wakaf untuk pemberdayaan masyarakat, ” tandasnya.
Indonesia memiliki potensi intelektual muslim yang besar, sehingga bisa digunakan untuk kemaslahatan bangsa dan negara. Tentu saja, tidak hanya sosok intelektuan semata tetapi didukung oleh moral mumpuni.
Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi pemuda yang luar biasa. Namun, pemuda yang bisa membawa negara dan bangsa ini berjaya adalah para pemuda yang berkarakter, siap menjadi agen perubahan sosial (agent of social change), tidak tenggelam dalam pengaruh negatif kehidupan global.
“Estafet kepemimpinan dan pembangunan bangsa ini ke depan, berada di tangan para pemuda yang moralis, berkarakter dan siap menjadi garda terdepan dalam perubahan sosial menuju Indonesia lebih baik, ” pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.