Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Puan dan Pramono Berpeluang Jadi Ketua MPR

PDI Perjuangan belum menentukan pengganti Taufiq Kiemas untuk duduk di kursi Ketua MPR. Partai berlambang Banteng

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Puan dan Pramono Berpeluang Jadi Ketua MPR
KOMPAS images/VITALIS YOGI TRISNA
Istri dari Taufiq Keimas, Megawati Soekarnoputri bersama anaknya, Puan Maharani saat upacara persemayaman di Bandara Halim Perdana Kusuma, Minggu (9/6/2013). Ketua MPR RI, Taufiq Keimas meninggal dunia pada hari Sabtu (8/6) dan akan dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata. KOMPAS IMAGES/VITALIS YOGI TRISNA 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PDI Perjuangan belum menentukan pengganti Taufiq Kiemas untuk duduk di kursi Ketua MPR. Partai berlambang Banteng itu masih berduka atas meninggalnya Taufiq Kiemas.

"Dibicarakan sesudah 7 harinya, itu etikanya," kata Ketua DPD PDIP Jawa Barat TB Hasanuddin di Gedung DPR, Jakarta, Senin (10/6/2013).

Hasanuddin mengaku tidak berminat menjabat sebagai Ketua MPR dan senang dengan posisi sebagai anggota DPR. Mengenai siapa yang pantas menggantikan Taufiq Kiemas, TB Hasanuddin menilai ada dua nama yang layak menggantikan tokoh senior PDIP itu.

"Diurut sajalah, Wakil Ketua DPR (Pramono Anung) dan Ketua Fraksi (Puan Maharani), kalau di DPD Jabar ya saya yang paling senior," tuturnya.

Namun, Wakil ketua Komisi I itu mengatakan keputusan mengenai pengganti Taufiq Kiemas ada ditangan ketua umum PDIP Megawati Sukarnoputri.

"Terserah saja dan harus diramu oleh Bu Mega. Secara struktural saja," katanya.

Dalam kesempatan itu Hasanuddin membantah adanya faksi Megawati dan Taufiq Kiemas di PDIP. "Sebetulnya tidak ada kelompok TK dan Bu Mega. Tidak ada faksi-faksi. Saya melayani Bu Mega itu 14 tahun. Kalau ada perbedaan pendapat, ya sah-sah saja. Tidak ada faksi," katanya.

Berita Rekomendasi

"Kita fatsunnya di PDIP ayo kita duduk berdebat sampai melet itu lidah, kemudian kita solusikan, ketika sudah diambil dan diketok, orang tidak boleh berdebat. Kalau yang terbiasa separatis, mungkin di PDIP enggak betah. Karena memang demokrasi begitu," kata Hasanuddin.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas