Dua Wartawan Jadi Korban Saat Meliput Demo
Dua wartawan menjadi korban saat meliput aksi demonstrasi penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua wartawan menjadi korban saat meliput aksi demonstrasi penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Korban pertama seorang kontributor televisi nasional di Jambi atas nama Anton. Kejadian berawal saat terjadi unjuk rasa anarkis di Jambi sekitar pukul 12.00 WIB.
"Saat terjadi demo di DPRD terjadi saling dorong antara pengunjuk rasa dan petugas. Saat peristiwa tersebut terjadi, petugas melepaskan gas air mata agar massa tidak terlalu anarkis," ungkap Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Agus Rianto di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (17/6/2013).
Saat dilemparkan gas air mata, ternyata di tengah kerumunan massa yang berunjuk rasa ada seorang wartawan yang sedang meliput dan terkena pecahan tabung gas air mata.
"Bukan karena peluru yang ditembakkan petugas, tetapi kemungkinan pecahan tabung gas air mata. Saat ini korban dirawat di RSU Jambi dan Kapolda sudah di rumah sakit melihat kondisi korban," ungkapnya.
Kemudian wartawan lainnya yang menjadi korban adalah seorang wartawan sebuah surat kabar di Ternate. Ia tertembak peluru karet di pinggul kiri saat sedang meliput demonstrasi penolakan kenaikan harga BBM di Ternate yang berlangsung anarkis.
Aksi anarkis terjadi sekitar pukul 12.05 WIT di Ternate, dimana demonstran melakukan pelemparan batu dan menggunakan katepel ke arah petugas kepolisian yang melakukan pengamanan.
"Akibatnya satu anggota masih di UGD dan 6 lainnya luka-luka. Sementara dari demonstran ada enam yang mengalami luka-luka kebetulan satu diantaranya wartawan dari Mata Publik. Enam orang tersebut berdasarkan data yang ada pada kita, terkena luka tembak dengan peluru karet," katanya.
Enam demonstran yang terkena peluru karet tersebut ada yang terkana di bagian paha kanan, telapak kaki kiri, wartawan terkena di pinggul kiri, dan ada juga di paha kanan.
"Kalau dilihat prosedur penggunaan senjata, letak penembakan tidak pada lokasi-lokasi mematikan," ujarnya.