42 Anak Pengungsi Syiah Sampang Terancam Tak Sekolah
42 anak-anak keluarga pengungsi Syiah Sampang, Madura, kini terancam tak bisa mengenyam pendidikan.
Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 42 anak-anak keluarga pengungsi Syiah Sampang, Madura, kini terancam tak bisa mengenyam pendidikan. Anak-anak tersebut hingga kini masih berada di GOR Sampang karena belum ada solusi jitu dari pemerintah.
Merasa nasib pendidikan anak-anak yang semakin memburuk, sepuluh perwakilan Syiah hari ini mengunjungi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
"Minta tolong pendidikan anak saya, minta tolong perlindungan. Segera dipulangkan juga. Anak-anak di sana sudah sembilan bulan tidak punya pendidikan sama sekali," ujar Muh. Rosyid, seorang warga Syiah saat mengadu di KPAI, Jakarta, Selasa (18/6/2013).
Dari ke 42 anak tersebut, sebagian bahkan di antaranya adalah anak SD. Namun karena terlantar, mereka tidak bersekolah lagi dan sudah tidak ada guru yang datang ke tempat pengungsian.
Sementara sebagian besar adalah balita atau anak yang sudah cukup umur untuk memasuki pendidikan TK.
Rosyid juga mengeluhkan mengenai minimnya fasilitas melahirkan bagi ibu hamil. Untuk melahirkan saja, ibu hamil pengungsi Syiah dibawa ke rumah sakit menggunakan mobil patroli polisi.
"Tidak ada perlakuan khusus untuk anak kecil. Makanan dipukul dengan rata dengan dewasa. Tidak ada kebutuhan tambahan," kata Majudin.
Puluhan pengungsi Syiah itu pun berharap KPAI bisa mendesak pemerintah agar memberikan pendidikan kepada anak mereka dan memulangkan mereka ke desa asalnya.
"KPAI pascainsiden kabakaran terlibat aktif dorong pemerintah fasilitasi kebutuhan anak di pengungsian. Sayangnya, desakan tersebut tidak terdengar. Agar KAPI dapat lakukan langkah koordinasi dengan lembaga terkait," ujar Fatur Khoir, KontraS Surabaya, yang memberikan bantuan advokasi kepada pengungsi Syiah.