Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jual Foto Uje, Pedagang Raup Rp 700 Ribu Per Hari

Masyarakat baik dari Jakarta maupun luar Jakarta berduyun-duyun datang ke makam Uje

zoom-in Jual Foto Uje, Pedagang Raup Rp 700 Ribu Per Hari
WARTA KOTA/FERYANTO HADI
Pedagang foto Uje di TPU Karet Tengsin, Jakarta Pusat 

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Feryanto Hadi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sosok almarhum ustaz Jeffry Al Buchori atau Uje benar-benar menjadi sosok fenomenal. Semenjak dia meninggal pada 26 April 2013 lalu, makam Uje yang terletak di komplek pemakaman TPU Karet Tengsin, Tanah Abang, tidak pernah sepi. Seperti yang terjadi pada Kamis (4/7/2013).

Masyarakat baik dari Jakarta maupun luar Jakarta berduyun-duyun datang ke makam Uje dan melantunkan doa-doa untuk kebaikan sang ustaz.

Mista (48), seorang pedagang foto dan beberapa barang berkaitan dengan sosok almarhum Uje membenarkan hal tersebut. Bahkan, menurutnya beberapa pengunjung datang dari luar negeri.

"Tiap hari selalu banyak yang ziarah. Tidak hanya masyarakat muslim saja. Pernah ada rombongan dari Bali, beragama Hindu, mereka sengaja terbang ke sini hanya untuk ziarah makam Uje. Dari Amerika juga pernah ada yang ke sini. Tadi pagi juga ada rombongan dari Singapura," ujarnya Kamis (4/7/2013) petang.

Mista awalnya mengaku terkejut makam Uje didatangi banyak orang dari berbagai agama maupun berbagai negara. Bahkan, dikisahkan Mista, dia pernah melihat beberapa pemuda dengan badan yang penuh dengan tato, datang ke makam Uje dan menangis cukup lama di sana.

"Jadi kalau boleh diibaratkan dengan penyanyi, Uje itu sudah go internasioal. Karena dia itu beda dengan ustaz yang lain. Orangnya ramah, murah senyum, ceramahnya enak. Sampai laki-laki bertato juga nangis pas ke kuburannya. Ini karena Uje merangkul nggak pandang siapa-siapa,"katanya.

BERITA REKOMENDASI

Kedatangan ratusan bahkan ribuan peziarah itu, diakui Mista, menjadi berkah tersendiri baginya. Tiga hari pasca meninggalnya Uje, dia berinisiatif menjajakan foto dan berbagai aksesoris yang berkaitan dengan Uje seperti Yaasin bersampul Uje, gantungan kunci bergambar Uje, buku-buku karya Uje hingga rekaman VCD ketika Uje berdakwah.

Foto Uje dengan berbagai pose, baik foto Uje sendirian, foto ketika sedang berdakwah dan foto Uje bersama keluarganya, dicetak dalam ukuran 10 R dengan harga jual Rp. 5000 untuk tiga lembar foto.

Untuk VCD, Mista menjajakannya sebesar Rp. 5000, Yaasin seharga Rp. 10.000, buku seharga Rp. 15.000 dan gantungan kunci dijualnya Rp. 5.000. Dari kegiatan berdagangnya itu, Mista mampu menjual sekitar 200-300 lembar foto dan puluhan VCD serta aksesoris lain. Dia meraup pendapatan kotor yang cukup tinggi, hingga Rp. 700.000 setiap harinya.

"Rata-rata peziarah tertarik untuk membeli foto atau barang-barang yang berkaitan dengan almarhum Uje. Sehari, alhamdulillah bisa dapat penghasilan kotor antara Rp. 500.000-Rp. 700.000 atau paling tidak penghasilan bersih Rp. 200.000 sehari. Ini jadi berkah Uje buat saya,"ujarnya.

Saat berjualan, Mista tidak sendirian. Bersama anak perempuannya, Novi Octaviana, ia berjualan dari pagi hingga malam, bahkan sering pula dia sampai menginap di dekat makam Uje, sambil menunggui dagangannya.


"Tiap hari saya jualan dari subuh. Malah kadang-kadang nginep di sini. Karena peziarah yang datang kan kebanyakan dari luar kota. Kadang jam 3 pagi juga masih ada yang dateng," kata dia.

Sebelum berdagang di dekat makam Uje, Mista mencari nafkah untuk dirinya dan anaknya dengan menjadi tukang ojek di Pasar Gembrong, Prumpung, Jakarta Timur.

"Sekarang saya hanya tinggal berdua dengan Novi setelah istri saya meninggal beberapa tahun lalu, saat Novi masuk kelas 1 SMP. Saya bekerja buat sekolahin Novi, tapi kemarin dia sempat putus sekolah pas masuk SMK. Dia pengen sekolah lagi. Makanya saya bekerja keras," kata Mista yang saat ini tinggal di sebuah kontrakan di Kebonjeruk Barat, Rt 10 RW 01, Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur.

Lelaki asal Cirebon, Jawa Barat ini merasa beruntung karena dia bersama penjual foto Uje bisa berjualan dengan tenang di sana. "Di sini nggak ada pajak atau pungutan lain. Cuma kita sadar bahwa di sini ada petugas kebersihan. Jadi, kita ngasih seikhlasnya sama yang nyapu,"katanya.

Mista mengatakan, dia bersama pedagang lain akan terus berjualan hingga pengunjung makam Uje sudah sepi. "Nggak tahu sampai kapan. Tapi yang pasti ramadhan nanti masih jualan. Apalagi pas lebaran, pasti peziarah yang datang akan ramai. Saya akan berhenti jualan kalau sudah benar-benar sepi," ungkapnya.

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas