Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Orang Rimba Temukan Cinta di Acara Kick Andy

Membaca buku-buku pelajaran sewaktu duduk di bangku SMA. Itulah aktivitas yang kini selalu dijalani Besudut setiap hari.

zoom-in Orang Rimba Temukan Cinta di Acara Kick Andy
TRIBUN JAMBI/ISTIMEWA
Besudut si anak rimba, saat mengikuti UN tingkat SMA. 

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Suang Sitanggang

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Membaca buku-buku pelajaran sewaktu duduk di bangku SMA. Itulah aktivitas yang kini selalu dijalani Besudut setiap hari.

Ia berlatih mengerjakan berbagai soal ujian dari buku ujian masuk perguruan tinggi yang dibelikan lembaga pendampingnya, KKI Warsi.

Berbincang dengan Besudut membuat waktu tidak terasa berputar. Cerita kehidupannya bagai lautan luas yang tak bertepi.

Kehidupannya adalah dongeng yang nyata. Kisah yang mengharukan, menyenangkan, dan romantisme orang muda, berpadu dalam diri Besudut.

Keinginannya untuk maju dengan cara bersekolah, yang ditentang orang sekelilingnya di rimba, menjadi bagian kecil dari kisah mengharukan itu.

Ia harus rela meninggalkan keluarga di rimba, demi cita-cita menjadi orang pintar, sehingga bisa memajukan kaumnya, orang rimba.

BERITA TERKAIT

Ia pun berbagi cerita tentang susahnya menempuh sekolah, saat memutuskan mengikuti SMP terbuka di Muara Tabir, Kabupaten Tebo.

Ia menempuh pendidikan di sana, karena saat kelas II usai ujian, dia memutuskan berhenti dari sekolah formal dan kembali ke keluarganya di rimba.

Model SMP terbuka memberi harapan bagi besudut untuk bisa tetap tinggal bersama keluarga di dalam rimba, sekaligus menyelesaikan sekolahnya. Di SMP terbuka, ia hanya diwajibkan mengikuti pelajaran sekali dalam seminggu.

"Tiap Selasa," ujarnya kepada Tribun Jambi (Tribun Network), pekan lalu.

Ia mengisahkan, walau masuk sekolah tiap Selasa, ia sudah harus berangkat dari rimba sehari sebelumnya. Sebab, jarak antara keluarganya dengan sekolah cukup jauh. Dia jalan kaki tiap Senin sore, agar besoknya tidak terlambat tiba di sekolah.

"Jalan kaki sekitar tiga jam," ucapnya menyebut waktu tempuhnya.

Perjalanan itu menempuh jarak sekitar 10 kilometer. Ada kalanya ia sendiri, dan ada kalanya bersama teman-temannya di dalam rimba yang sedang ingin bepergian ke desa, menjual hasil hutan atau sekadar jalan-jalan.

Namun, di balik sejumlah kegetiran hidup, juga ada kisah menggembirakan yang ia rasakan. Terutama, saat berhasil lulus dari SMA 14 Tebo.

Kesuksesannya itu menarik perhatian banyak pihak, sampai tingkat nasional, termasuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh.

Besudut terlihat begitu gagah ketika tampil dalam sebuah stasiun televisi swasta dalam acara 'Kick Andy', yang dipandu wartawan senior Andy F Noya. Begitu riuh tepukan tangan yang ditujukan kepadanya atas kisah yang diceritakannya dalam acara tersebut.

Pada acara itu juga, ada kisah romantis yang ia ceritakan kepada Tribun. Ada empat orang yang jadi narasumber acara tersebut, tiga laki-laki dan satu perempuan.

Besudut ternyata menaruh hati terhadap perempuan itu, saat mereka berbincang sebelum acara dimulai.

"Namanya Meta. Dia orangnya cantik dan baik," ungkapnya tersipu malu.

Meta yang ia maksud ialah Meta Andriyani, siswa jurusan IPA peraih nilai UN tertinggi di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Perempuan berkulit putih itu berasal dari keluarga yang sederhana.

"Dia juga sempat tanya saya, kamu dari mana? Saya jawab dari rimba. Dia mengangguk dan mengucapkan selamat kepada saya sudah lulus SMA," tutur Besudut.

Percakapan yang walau hanya sebentar, ternyata menimbulkan getaran-getaran di hati Besudut. Ia mengumpulkan keberaniannya agar bisa dekat dengan perempuan berambut lurus.

"Saya minta nomor teleponnya," Besudut tersenyum.

Nama Meta akhirnya tertulis dalam phonebook HP Besudut. Wajahnya bersinar menceritakan pengalamannya di studio stasiun televisi itu.

Setelah dipancing terus bicara tentang Meta, akhirnya Besudut bercerita semakin banyak. Ia pun mengakui sudah pernah menelepon Meta.

"Tapi baru sekali," akuya. Selain menelepon, tentu ia juga sudah pernah mengirimkan SMS.

Memang tidak ada hubungan yang istimewa saat ini antara Besudut dengan Meta. Namun, tak ada yang mustahil. Banyak hal yang tidak diprediksi terjadi di kemudian hari.

Besudut bilang, bila nanti telah selesai kuliah, ia ingin menjadi guru bagi orang rimba. Besudut pun berharap ada orang lain yang nantinya mau bersama-sama dengannya.

"Saya ingin nanti bisa dengan teman-teman yang lain mengajar di dalam rimba," harapnya.

Satu di antara orang yang ia harapkan kelak menemaninya mengajari orang rimba, adalah Meta.

"Kalo harapan iyo, Meta mau ngajar di rimbo, tapi mungkin dio yang dak mau," paparnya.

Besudut memaparkan, Meta memang bercita-cita jadi guru, tapi bukan guru untuk siswa.

"Dio bilang nak jadi dosen," jelasnya.

Namun, apapun yang terjadi, Besudut tak akan pernah menyerah untuk bisa menjadi guru, dan mengajar di belantara Jambi. (*)

Sumber: Tribun Jambi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas