Wakapolri: Semoga Dinamit yang Hilang Dikira Dodol
Nanan mengatakan bahwa teror bisa dilakukan secara perorangan dan kelompok.
Penulis: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM – Anggota kepolisian saat ini menjadi incaran para teroris. Pada tahun 2012 lalu menjelang lebaran, beberapa pos polisi pengamanan mudik lebaran di Solo menjadi sasaran teroris kelompok Farhan cs.
Farhan merupakan anak tiri gembong teroris pemasok senjata api Abu Omar. Ia mempersiapkan kelompoknya menyerang polisi yang sedang berjaga dengan melakukan penembakan dan pelemparan bom. Saat itu ada polisi yang tewas dan terluka akibat ulah Farhan cs.
Baru-baru ini, kantor Polsek Rajapolah Tasikmalaya Jawa Barat, juga menjadi sasaran teror. Sebuah bom meledak di halaman kantor polisi tersebut, dan hingga kini pelakunya belum diketahui.
Menyikapi hal tersebut, Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Komjen Pol Nanan Sukarna mengungkapkan bahwa pihaknya sudah mengantisipasi hal serupa agar tak terjadi lagi.
“Itu tetap kita antisipasi. Semua kita antisipasi, mudah-mudahan cuma menakut-nakuti saja. Harapan kita semua mesti siaga,” ungkap Nanan di Kemang, Jakarta Selatan, Senin (29/7/2013).
Nanan mengatakan bahwa teror bisa dilakukan secara perorangan dan kelompok. Ia pun sudah meminta anggotanya senantiasa waspada dari ancaman teoris.
Selain itu kasus hilangnya 250 dinamit di Jawa Barat hingga saat ini masih belum terungkap. Bahan peledak tersebut tentu saja menjadi ancaman serius bila jatuh ke tangan pelaku teror.
Menyikapi hal tersebut Nanan beharap hilangnya 250 dinamit tersebut bukan perbuatan teroris, tetapi pelaku pencurian yang mengira sembilan bahan pokok yang bisa dijual.
“Indikasi belum ada, mungkin awalnya dikira sembako, tahu-tahunya itu (dinamit). Tapi dari jaringan semua tidak ada, tapi bukan berarti kita lalai, tetap harus diwaspadai,” katanya.
Hingga saat ini kepolisian terus mencari keberadaan 250 dinamit tersebut. Namun Nanan mengungkapkan bahwa dinamit yang hilang tersebut tidak ada detonatornya atau pemicunya sehingga tidak bisa diledakan dengan mudah. “Kan tidak ada detonatornya, harapan kita mohon (pemikiran) positifnya dikiranya dodol,” katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.