IPW: Bom Vihara Ekayana Tindakan Biadab
Presidium IPW Neta S Pane mengatakan teror bom di Viara Ekayana yang terjadi menjelang Lebaran adalah sebuah peristiwa yang sangat biadab.
Penulis: Bahri Kurniawan
Editor: Gusti Sawabi
Tribunnews.com, Jakarta - Indonesia Police Watch (IPW) mengecam aksi teror bom yang terjadi di Viara Ekayana, Jakarta Barat, Minggu (4/8/2013) malam lalu.
Presidium IPW Neta S Pane mengatakan teror bom di Viara Ekayana yang terjadi menjelang Lebaran adalah sebuah peristiwa yang sangat biadab.
"Pelaku mencoba mengadu domba umat beragama. Di saat umat muslim sedang melakukan ibadah puasa dan sedang sibuk mempersiapkan Lebaran, aksi teror justru mereka ditebar," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima Tribunnews.com, Senin (5/8/2013).
IPW sangat menyesalkan, kenapa di bulan Ramadhan masih saja ada orang yg menebar teror. Sebelumnya, lanjut Neta, Polsek Rajapolah Tasikmalaya diteror bom pada 20 Juni 2013. Pelaku seakan hendak mengganggu ketenangan, sehingga orang-orang yang hendak mudik dan mempersiapkan Lebaran dilanda ketakutan.
"Apakah teror di Viara Ekayana ada kaitan dengan teror bom yg gagal di Rajapolah? Sebab ada kesamaaan dari komponennya, yg terdiri dari bahan peledak, gotri dan paku," imbuhnya.
Neta memaparkan bahwa di Rajapolah bom gagal meledak dan di Viara Ekayana, salah satu bomnya pun gagal meledak. Menurutnya jika melihat kedua kasus ini bisa disimpulkan bahwa pembuatan kedua bom tersrbut tidak sempurna.
"Jadi, pembuatnya bisa saja orang yg sama dan sedang "belajar" membuat bom untuk menebar teror. Siapa orangnya dan dari kelompok mana, tugas polisi untuk mengungkapkannya," ujarnya.
Nemun Neta beranggapan jika melihat perkembangan dari aksi-aksi teror belakangan ini, ada dua kelompok yang secara simultan mengembangkan pembuatan bom, yakni pengikut Sigit Qurdowi asal Solo dan kelompok Santoso dari Poso.
Sigit sendiri sudah tewas dalam penyergapan beberapa tahun lalu di Solo, tapi dia sempat merekrut puluhan pengikut dan aksi bom bunuh diri di Polres Cirebon thn 2011 adalah aksi pengikutnya.
"Apakah ada persamaan bahan peledak di Rajapolah dan di Viara Ekayana dengan 250 dinamit yang hilang? Jika tidak ada, masalahnya tidak terlalu mengkhawatirkan. Tapi jika ada, situasinya menjadi sangat mengkhawatirkan. Sebab peledakan yang gagal di Rajahpolah dan di Viara Ekayana bisa dinilai sebagai sebuah ujicoba yang bukan mustahil para pelaku sedang merencanakan sebuah aksi teror besar dengan bahan peledak yang cukup besar. Untuk itu Polri harus segera mengungkap dan menangkap para pelaku agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan," tandasnya.