Selama 66 Tahun Simpan Rahasia Persembunyian
Itupun bukan dari cerita keluarga Poerbodiningrat,melainkan dari memoar Fatmawati
![Selama 66 Tahun Simpan Rahasia Persembunyian](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/rumah-bekas-soekarno-dijual.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Saking rapatnya menjaga rahasia, sampai-sampai jejak Bung Karno seolah tidak pernah ada di rumah itu. Rahasia baru terbuka 66 tahun kemudian. Itupun bukan dari cerita keluarga Poerbodiningrat,melainkan dari memoar Fatmawati.
Siti Ismusilah, menjadi saksi keberadaan Soekarno, Presiden RI pertama bersama keluarga menghuni rumah di Jalan Patangpuluhan 22 Yogyakarta, tahun 1947 silam.
Dua wartawan Surya beruntung bisa diterima Bu Is. Maklum sejak rencana penjualan rumah petilasan Soekarno itu diberitakan, Bu Is memilih menutup diri. Ia sudah terlalu capek melayani para pencari berita.
Lagi pula berbagai pemberitaan, ternyata justru membuat keluarga Bu Is tersudut. Alih-laih rumah cepat laku. Para calon pembeli justru menjauh satu persatu.
Perempuan yang sudah penuh uban itu menyambut sendirian di ruang tamu. Pembantu sekaligus satu-satunya teman Bu Is di rumah kuno tersebut tidak ikut mendampingi. Berbincang bertiga dengan Bu Is tak membuat ruang tamu itu jadi ramai.
Masih butuh lebih banyak orang lagi untuk membuat ramai ruang tamu yang luas itu. Ruang tamu dengan ukuran tidak kurang dari 12 meter x 15 meter.
Inilah rumah yang pernah ditempati Bung Karno dan keluarganya mengungsi. Menghindari agresi Belanda pertama, sekaligus menjalankan pemerintahan secara darurat.
Rumah ini milik Ir Poerbodiningrat, yang tidak lain adalah ayah Siti Ismusilah.
Di usianya yang sudah memasuki 80 tahun, suara Bu Is masih terdengar tegas. Bicaranya runtut. Kentara sekali, ia punya latar belakang pendidikan yang cukup.
Ingatan Bu Is juga masih sangat baik. Pekerjaannya dulu, sebagai peneliti di Universitas Gajah Mada (UGM), punya peran kuat menjaga memori Bu Is.
Perlahan Bu Is mulai masuk cerita heroik yang dilihat di rumahnya tahun 1947. Ketika itu rumahnya yang sehari-hari sunyi, berubah ramai. Banyak tentara berpakaian preman di luar.
Mereka mengiringi rombongan tamu yang baru saja datang dan menginap. Suasana rumah jadi tegang.
Bu Is dan saudara- saudaranya tahu betul, tamu yang datang adalah Bung Karno, tokoh besar sekaligus Presiden RI. Presiden yang baru dua tahun memproklamasikan kemerdekaan itu memilih meninggalkan Gedung Agung Yogyakarta, kediaman sekaligus istana saat Jakarta dikuasai Belanda.
Bung Karno meninggalkan Gedung Agung hanya beberapa saat setelah jatuhnya pesawat Dakota akibat ditembak Belanda.