Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Urbanisasi Terjadi Karena Ada Ketimpangan Pembangunan Desa dan Kota Besar

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, fenomena urbanisasi tidak hanya terjadi di Indonesia

zoom-in Urbanisasi Terjadi Karena Ada Ketimpangan Pembangunan Desa dan Kota Besar
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Sejumlah calon penumpang yang akan kembali ke Jakarta berada di Terminal Leuwipanjang, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Minggu (11/8). H+3 Lebaran jumlah penumpang di terminal ini meningkat dibanding hari sebelumnya, diakibatkan banyaknya pemudik yang akan kembali seusai merayakan Idulfitri 1434 H di kampung halamannya dan kembali melakukan aktivitas kerja mulai Senin ini. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tingginya tingkat perpindahan penduduk dari daerah ke pusat kota alias urbanisasi menunjukan adanya ketimpangan pembangunan yang telah terjadi di Indonesia. Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, fenomena urbanisasi tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di hampir seluruh negara di dunia.

Hampir setiap tahunnya Indonesia selalu dihadapkan dengan permasalahan kebiasaan mudik. Hal ini menunjukan banyak masyarakat dari desa yang meninggalkan tempat asalnya menuju kota-besar. Bahkan, menurut catatan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), ada sekitar satu juta orang. Fenomena ini dinamakan sebagai dampak perkembangan megacities.

Menurutnya dalam sebuah proses pembangunan ekonomi, urbanisasi selalu menjadi salah satu pembahasan. Untuk mengatasi hal itu Chatib menilai solusinya adalah meningkatkan produktivitas di sektor pertanian.

"Nah, untuk bisa mendongkrak produktivitas pertanian perlu dilakukan modernisasi," ujarnya.

Di negara maju, industri pertanian adalah industri modern dengan didukung dengan pengembangan teknologi. Sementara di Indonesia, sektor pertanian dianggap sebagai tempat perlindungan orang yang sudah tidak bekerja lagi.

Chatib juga bilang, supaya industri pertanian bisa dimodernisasi maka tidak cukup dengan kebijakan di sisi perdagangan saja, tetapi juga disisi teknologi. Untuk bisa mengukur tingkat produktifitas, Chatib bilang dengan cara membagi berapa nilai tambah industri pertanian terhadap jumlah tenaga kerja, dalam hal ini petani.

"Jumlah petani kita sekitar 15% dari total tenaga kerja di Indonesia, sementara nilai tambah industri pertanian kita 30% jadi produktivitas industri pertanian kita dua," katanya. Untuk bisa lepas dari permasalahan urbanisasi yang pelik ini, menurut Chatib membutuhkan pembahasan yang tidak sederhana, dan harus menjadi target pembahsaan pembangunan jangka panjang.(Asep Munazat Zatnika)

Berita Rekomendasi
Tags:
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas