Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Yayasan Sayap Ibu Maklumi Pemerintah Minim Beri Dana Bantuan

Keterbatasan kapasitas ini dipengaruhi faktor belum mencukupinya dana renovasi

zoom-in Yayasan Sayap Ibu Maklumi Pemerintah Minim Beri Dana Bantuan
TRIBUNNEWS.COM/ BUDI PRASETYO
Marketing Director PT LG Electronics Indonesia (LGEIN) David Tjokro (kiri) bersama Ketua Yayasan Sayap Ibu (kanan0, saat mersmikan fasilitas belajar yang berada di Yayasan Sayap Ibu, Jakarta, Selasa (20/12/2011) 

Laporan Lidwina H. R. Maharrini

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Yayasan Sayap Ibu Bintaro (YSI-B), Tangerang telah delapan tahun mengasuh anak-anak penyandang cacat dan terlantar. Kini, yayasan tersebut menampung 36 anak, meski masih banyak anak berkebutuhan khusus lain yang menunggu untuk bisa dirawat di tempat ini.

Selain merawat 36 anak, yayasan ini juga mengasuh 350 anak cacat ganda (mental dan fisik) dari seluruh Indonesia. Sebanyak 350 anak tersebut tidak dirawat inap, melainkan hanya datang untuk terapi dan perawatan lainnya.

Keterbatasan kapasitas ini dipengaruhi faktor belum mencukupinya dana renovasi.

"Dana dari Kementerian Sosial dan Dinas Sosial ada. Tapi sangat minim, tidak mencukupi. Kita juga maklum karena pemerintah juga banyak memberikan dana untuk LSM-LSM dan panti-panti seperti ini yang harus mereka santuni," tutur Ketua II YSI-B, Renowati Hardjosubroto,Kamis(22/8/2013).

Namun dana bukan jadi satu-satunya faktor. Menurut Reno, terbatasnya kapasitas itu juga dimaksudkan demi kenyamanan anak-anak.

"Sementara ini sebetulnya banyak sekali waiting list dari Dinas-dinas Sosial. Tapi Ketua Pusat bilang kita mau membantu, tapi tentunya kita juga harus memberikan kenyamanan pada anak-anak tersebut. Anak-anak itu bukan barang, punya nyawa, punya hati, dan hak untuk hidup nyaman. Jadi kita coba kalau ada dana atau donatur, kita coba bangun kamar tambahan," kata Reno.

Berita Rekomendasi

Pada yayasan yang terletak di Jalan Raya Graha Bintaro Nomor 33 B, Bintaro, Tangerang Selatan ini tinggal anak-anak usia balita hingga 20 tahun.

"Khusus anak cacat tidak bisa kita bilang dewasa, karena cacat ganda (mental dan fisik). Jadi walau fisiknya sudah besar tapi mentalnya masih seperti bayi," tambah perempuan yang kerap disapa anak-anak Bu Reno ini.

Kebanyakan anak-anak ini mengalami hydrocephalus (kepala membesar), mata katarak, dan autisme. Anak-anak ini dikirim dari Dinas Sosial berbagai daerah. Kebanyakan dari mereka ditelantarkan orang tuanya.

Meski begitu, 36 anak ini kini hidup senang dan ceria. Mereka dirawat oleh sekitar 20 perawat. Tak hanya diasuh, mereka juga diasah kemampuan otak dan motoriknya. Saat masuk ke kamar anak laki-laki, mereka terlihat sedang asyik di kasur dengan mainannya masing-masing, sambil dimomong oleh perawatnya.

"Anak cacat ini, kan bukan hanya cuma diasuh. Tapi kita ingin dia sebagai manusia punya kebanggaan kalau dia bisa melakukan sesuatu. Seperti itu yang kita coba usahakan. Nggak muluk-muluk, dia naruh satu puzzle saja, kita mengapresiasi sekali," kata Reno.

Untuk melatih motorik anak, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, bersama Australian New Zealand Association juga memberi bantuan berupa fasilitas kolam renang. Kolam air hangat ini baru bisa digunakan secara efektif setelah dibuat waktu setahun. Sebelumnya YSI-B masih kekurangan dana untuk mesin penghangat air.

Padahal, air dingin kolam membuat badan anak-anak menjadi biru setelah lima menit memasuki kolam.

"Terapi kolam renang itu sangat bagus untuk anak-anak cacat. Karena berenang itu tidak ada beban dan motorik bergerak semuanya. Karena anak-anak kita itu kan kaku-kaku semua, itu harus digerakkan. Itu berenang membuat mereka happy main di air," ucap Reno.

Kini, kolam tersebut sudah dilengkapi penghangat air. Alhasil, anak-anak sudah dapat berenang rutin tiga kali dalam seminggu masing-masing selama 30 menit.

YSI-B bukan cuma butuh dana untuk mewujudkan misi mengeluarkan potensi dalam diri anak-anak berketerbatasan itu. Reno mengimbau masyarakat untuk membantu anak-anak dengan cara apapun yang bisa dilakukan.

"Masak makanan, beri terapi, beri motivasi atau spirit kepada pengasuh juga bisa, supaya kami tetapi survive," kata dia.

Bagi pengelola YSI-B, pencapaian yang paling membanggakan hanyalah satu. Jika anak-anak sehat dan ceria. Untuk mereka ada kepuasan batin ketika semua anak dapat hidup sehat dan bahagia. Anak-anak tersebut bisa melakukan sesuatu, yang sederhana sekalipun, sudah menjadi kebanggaan tersendiri bagi para aktivis yayasan ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas