Uang Beli VW Caravelle Berasal dari Luthfi Hasan Ishaaq
Agus Trihono mengakui uang pembelian mobil Volkswagen Caravelle berasal dari mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera.
Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Agus Trihono mengakui uang pembelian mobil Volkswagen Caravelle berasal dari mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera. Mobil itu saat ini sudah disita KPK. Dia juga mengakui surat mobil itu sengaja diatasnamakan sopir pribadi Luthfi, Ali Imron.
"Iya betul uangnya dari pak Luthfi. Saya cuma membantu membayarkan uang muka ke Indomobil," kata Agus saat bersaksi untuk terdakwa suap impor daging sapi dan pencucian uang, Luthfi Hasan Ishaaq di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (24/10/2013).
Agus sendiri adalah Kepala Bengkel dan Pemeliharaan Mobil di Dewan Pimpinan Pusat PKS. Dia menuturkan, awalnya Luthfi berdiskusi dengannya soal rencana pembelian sebuah kendaraan yang cocok dipakai melayani tamu-tamu DPP PKS.
Agus pun menyarankan membeli mobil jenis minivan VW Caravelle, karena model dan kapasitas angkutnya dianggap memadai.
Agus kemudian mencari mobil itu. Tetapi karena model yang diminta, yakni VW Caravelle rangka panjang (long chassis) warna hitam, stoknya tidak tersedia maka harus menunggu (inden).
Setelah tersedia, ternyata mobil yang datang spesifikasinya tidak sesuai pesanan, Agus mengatakan surat pemesanan sudah dibatalkan.
"Mobilnya sudah mau dikembalikan, tapi keburu disita KPK," kata Agus.
Dalam kesempatan sama, Agus menilai mobil VW Caravel seharga lebih Rp 1 miliar itu bukan tergolong mobil mewah. Karena di negara asal pembuatannya juga cuma dipakai sebagai mobil ambulan.
"Untuk di Indonesia mungkin mewah. Kalau dinegaranya tidak mewah karena buat ambulan," kata Agus.
Mendengar pernyataan itu, Hakim Ketua Guzrizal merasa heran. Pasalnya, mobil seharga miliaran itu masih dibilang tidak mewah.
Bahkan untuk mendapatkan warna mobil itu saja harus dipesan jauh-jauh hari. Menurut hakim Gusrizal, justru mobil tak tergolong mewah harganya hanya berkisar Rp 100-200 juta.
Tetapi Agus keukeuh mengatakan itu bukan mobil mewah. "Kita bukan patokan harga. Yang dibutuhkan mobil yang luas, yang nyaman. Yang muat banyak penumpang," kata Agus.