Kemarahan SBY Akumulasi Kelelahan Fisik dan Mental
Menurut Hamdi, itu terjadi karena SBY ingin di akhir masa jabatan, kinerjanya mengesankan.
Penulis: Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM - Hamdi Muluk, psikolog politik dari Universitas Indonesia (UI) menilai, sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang reaktif dan cenderung emosional akhir-akhir ini, merupakan akumulasi kelelahan fisik dan mental.
Menurut Hamdi, itu terjadi karena SBY ingin di akhir masa jabatan, kinerjanya mengesankan. Namun, yang terjadi, justru penilaian publik berdasarkan hasil berbagai survei, bernada negatif dan menuai kritik terhadap pemerintahan SBY.
"Mungkin dia (SBY) merasa tertekan juga," ujar Guru besar Fakultas Psikologi UI, Selasa (29/10/2013).
Pakar Psikologi Politik asal UI melihat, SBY mengerti citranya di mata publik mencapai titik terendah, tak seperti pada periode pertama pemerintahannya.
Karena itu, menurut Hamdi, wajar jika SBY menjadi lebih sensitif dan mudah marah akhir-akhir ini. Apalagi, kalau menyangkut citra diri dan keluarganya.
Itu bisa dilihat ketika SBY emosi saat menggelar konferensi pers di Halim Perdanakusuma, terkait masalah Bunda Putri. Sebaliknya, SBY tidak emosional soal masalah TKI/TKW, serta masalah bangsa dan rakyat lainnya.
"Ini juga banyak orang keluhkan. Tercatat, dia lebih banyak marah jika berkaitan dengan diri pribadi dan keluarganya," tutur Hamdi.
Hamdi membeberkan beberapa kemarahan SBY, yakni ketika melihat ada orang yang tertidur sewaktu ia berpidato, ketika mic yang akan beliau pakai untuk berpidato tidak berfungsi, dan ketika namanya ditulis di tubuh kebo.
Lalu, ketika dirinya dikaitkan memiliki hubungan khusus dengan Bunda Putri, dan ketika Ibas dituduh menerima aliran uang Hambalang. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.