Diklaim Anjlok, Hayono Isman Jadikan Survei LSI Cambuk
Hayono Isman menyatakan, hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) harus menjadi masukan penting bagi partai yang dinaunginya.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Salah satu peserta konvensi Partai Demokrat Hayono Isman menyatakan, hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) harus menjadi masukan penting bagi partai yang dinaunginya.
"Saya pikir situasi politik dinamis pilihan rakyat pun masih dinamis. Soal survei LSI pendapat saya diterima secara baik, dan harus dijadikan cambuk bekerja sementara waktu masih ada," kata Hayono saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (25/11/2013).
Menurutnya, sudah merupakan tugas partai untuk meningkatkan elektabilitas partai.
"Ini juga tugas partai, karena masih ada waktu menaikkan elektabilitas Partai Demokrat," tuturnya.
Sebagai salah satu peserta konvensi, Hayono menambahkan, dengan sisa waktu ini, tugas partai adalah mengembalikan keyakinan masyarakat.
"Saya juga masih terus melakukan kunjungan dan temu masyarakat diberbagai desa. Harapannya jika terus keliling dapat berdampak positif demi meningkatkan elektabilitas," lanjutnya.
Seperti diketahui 12 nama peserta konvensi berasal dari latar belakang yang berbeda, mulai dari politisi, akademisi, hingga pensiunan TNI.
Mereka adalah Dahlan Iskan, Marzuki Ali, Pramono Edi, Gita Wirjawan, Hayono Isman, Anies Baswedan, Dino Patti Djalal, Irman Gusman, Sarundajang, Ali Masykur Musa, dan Endriartono Sutarto.
Dari survei tersebut, kandidat capres dari partai lain seperti Megawati Soekarnoputri, Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto, Joko Widodo, Wiranto, dan Hatta Rajasa memiliki tingkat pengenalan sebesar 70 persen.
"Sedangkan, nama-nama peserta konvensi Demokrat masih di bawah 60 persen tingkat pengenalanannya," kata peneliti LSI Rully Akbar, dalam survei yang bertema 'Terancamnya Konvensi Demokrat, dari Hero to Zero kah Nasib Demokrat?' di gedung LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Minggu (24/11/2013).
Survei dilakukan pada 12 September sampai 5 Oktober 2013 di 33 Provinsi di Indonesia dengan menggunakan 1.200 responden. Survei ini menggunakan wawancara tatap muka. Metode yang digunakan multistage random sampling, dengan margin of error sebesar 2,9 persen.
Akibat kurang dikenal publik, Rully melihat ada kerugian pada pemenang konvensi capres Demokrat. Menurutnya, konvensi yang diharapkan menjaring calon presiden yang disukai publik pun dinilai gagal.
"Saat ini tidak ada partai yang mau berkoalisi karena takut capres konvensi Demokrat tak menang dalam pemilu. Motif utama parpol adalah berkuasa, perilaku parpol itu tidak mau kalah," katanya.