Dradjad Wibowo Tantang Keberanian PPATK Periksa Rekening Presiden SBY
Dradjad Wibowo mengapresiasi Riset Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang mengungkapkan, ada transaksi keuangan meningkat
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Dradjad Wibowo mengapresiasi Riset Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang mengungkapkan, ada transaksi keuangan meningkat sejak satu tahun menjelang Pemilu 2014.
PPATK menilai, hal itu janggal lantaran tidak sesuai dengan kondisi bisnis di Indonesia.
"Diduga, terkait praktik politik uang, ini disinyalir. Kita menemukan ada parpol tertentu, jumlah uang di parpolnya sedikit, tapi aktivitas fungsionarisnya begitu masif dan luas. Lantas, uang dari mana?" kata Ketua PPATK M Yusuf seusai menghadiri acara Puncak Peringatan Hari Antikorupsi dan Hari HAM Sedunia di Istana Negara, Jakarta, Senin (9/12/2013).
Dradjad menegaskan, dirinya sejak dulu mendukung semua usaha menjadikan pemilu bersih, dan agar Indonesia bersih. Bahkan, kata Drajad, seharusnya PPATK, tidak usah gembar-gembor di media yang hanya mengesankan seperti mencari popularitas.
"Sarat saya satu, PPATK harus fair dan tidak pilih kasih. Mereka diangkat Presiden, sementara Presiden SBY sekarang juga menjadi Ketum Demokrat. Nah, PPATK harus berani membuat pernyataan publik, juga memonitor semua rekening Presiden SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, dan siap mempertanggungjawabkannya. Jangan lupa, biasanya yang dimonitor itu bukan hanya yang bersangkutan, tapi juga istri, anak, keluarga dan teman dekat, siapa saja yang bisa dijadikan proksi," papar Dradjad.
Seperti dikutip dari Kompas.com, Yusuf, belum mau berbicara banyak mengenai riset itu lantaran masih didalami. Hanya, kata dia, kondisi itu ditemukan juga menjelang Pemilu 2004 dan 2009.
Yusuf mengatakan, masyarakat harus cerdas menyikapi politik uang selama kampanye hingga pemungutan suara nanti. Ia menyarankan masyarakat mengambil pemberian uang itu, tetapi kemudian melaporkan ke penegak hukum.
Harapan lain, tambah Yusuf, pemerintah segera menggeluarkan regulasi pembatasan transaksi tunai. Pasalnya, pihaknya sulit mendeteksi transaksi tunai.
"Saya juga berharap para parpol itu mencari kader-kader yang baik, punya integritas, profesional, dan berpikir untuk bangsa dan negara, tidak untuk pribadi," kata Yusuf.
Seperti diberitakan, politik uang kerap terjadi setiap pemilu. Politik uang diyakini akan semakin masif mendekati Pemilu 2014 lantaran sistem pemilu dengan proporsional terbuka. Kandidat diyakini bakal jor-joran menggelontorkan dana untuk mendapat suara terbanyak.
Dradjad menegaskan kembali, PPATK jangan pilih kasih. "Jadi, semuanya dimonitor. Karena itu PPATK jangan pilih kasih. Kita sudah ada pengalaman lembaga yang galak ke pihak lain, tapi mlekenthuk (tidak berani) terhadap pihak tertentu. Berani tidak PPATK?" tantang Dradjad Wibowo.