Kisah Kepanikan Penumpang saat KRL Tabrak Truk BBM
Kepanikan penumpang lebih besar terjadi di gerbong bagian depan terutama gerbong khusus wanita...
Editor: Yudie Thirzano
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line jurusan Serpong - Tanah Abang yang berangkat sekitar pukul 10.35 menabrak truk tangki BBM Pertamina sekitar pukul 11.00 WIB di Bintaro, Pesanggrahan, Senin (9/12/2013).
Tribunnews turut dalam kereta nahas itu setelah menumpang dari Stasiun Sudimara, Jombang Tangerang Selatan sekitar pukul 10.50 WIB. KRL no 1131 sedianya tiba di Stasiun Sudimara pukul 10.36 untuk kemudian berangkat pukul 11.38 WIB. Namun ternyata kereta terlambat.
"KRL jurusan Tanah Abang yang semestinya berangkat pukul 11.38 WIB tertunda karena tengah dilakukan perbaikan AC. Saat ini rangkaiannya masih berada di Stasiun Serpong," kata seorang petugas yang memberi pengumuman di Stasiun Sudimara. Saat keterlambatan diumumkan, jarum jam sudah menunjukkan pukul 10.35.
Penumpang tampak pasrah menunggu giliran kereta berikutnya menuju Stasiun Tanah Abang yang dijadwal berangkat pukul 11.11 WIB. Namun sebelum pukul 11.00 WIB, petugas mengumumkan bahwa perbaikan kRL 1131 telah selesai dan kereta segera masuk Stasiun Sudimara. Beberapa penumpang tampak sumringah. Mereka tak perlu menunggu kereta pukul 11.11 WIB.
Begitu kereta tiba sekitar pukul 11.50, penumpang berhamburan ke dalam gerbong. Sebagian berebut tempat duduk, sebagian penumpang laki-laki langsung memilih berdiri.
Untuk menuju Stasiun Tanah Abang, KRL Commuter Line yang berangkat dari Stasiun Serpong secara berutan akan singgah di Stasiun Rawabuntu (di dekat kompleks perumahan BSD), Stasiun Sudimara lalu Stasiun Jurangmangu. Kemudian Stasiun Pondok Ranji, Stasiun Kebayoran, Stasiun Palmerah dan berakhir di Stasiun Tanah Abang.
Kecelakaan itu terjadi sesaat setelah kereta meninggalkan Stasiun Pondok Ranji. Tribunnews yang berada di gerbong ketiga dari belakang turut merasakan saat kereta menghantam truk tangki BBM Pertamina. Kereta terhenti, penumpang memang terkejut, namun semula tak terlalu panik. Bahkan seorang pria sempat mengingatkan agar penumpang jangan panik dulu.
Namun kepanikan tak bisa diredam saat para penumpang mengetahui kereta menghantam truk tangki BBM. Apalagi ledakan sempat terjadi saat sebagian besar penumpang masih berada di dalam gerbong. "Buka-buka pintu," teriak seorang penumpang sambil menggebrak-gebrak pintu. Penumpang kian panik karena mengira pintu secara otomatis akan terbuka ternyata tetap rapat tertutup.
Saat itulah sebagian penumpang mulai histeris, sebagian menjerit minta tolong, sebagian berseru 'Allahu Akbar'.
Beberapa penumpang pria mencoba memecahkan kaca pintu dan jendela. Sebagian penumpang termasuk Tribunnews mencoba keluar lewat jendela yang bisa dibuka secara manual. Posisi kereta saat itu sudah sedikit miring ke kanan.
Turun dari kereta, penumpang masih dibuat panik dengan ledakan dari truk tangki BBM yang berulang. Belum lagi posisi kereta yang miring seperti akan keluar dari rel. Penumpang yang berada di gerbong bagian belakang berlari hingga ke ujung rangkaian kereta menjauh dari lokasi ledakan.
Meski berhasil turun dari kereta, kepanikan penumpang belum reda. Mereka harus berlari di sepanjang rel karena posisi kereta yang miring ke kanan bisa berbahaya bila terguling. Sepanjang rel tampak orang-orang berusaha keluar dari jendela, sebagian ikut membantu menahan anak-anak dan perempuan yang kesulitan mencari tempat pijakan. Penumpang sedikit lega saat berhasil mencapai ujung rangkaian.
Kepanikan penumpang lebih besar terjadi di gerbong bagian depan terutama gerbong khusus wanita. Apri, warga asal Lengkong Tangerang Selatan menuturkan, dia harus berlari ke gerbong belakang untuk bisa keluar dari kereta. Saat itu api sudah membesar dan asap mengepul. "Saya orang ke empat atau lima yang lompat di belakang saya masih banyak," kata Apri.
Tin, (39) warga Pondok Pucung, Tangsel mengatakan suasana di dalam kereta begitu diliputi kepanikan. "Saya loncat dari ketinggian dua meter," kata Tin. Saat itu dia berada di gerbong ketiga dari depan.
Tin bercerita setelah terjadi tabrakan disertai ledakan dan kebakaran hebat, para penumpang berusaha mencari pintu keluar. Namun, pintu otomatis KRL sulit dibuka.
Dengan kondisi panik, akhirnya penumpang pria berhasil memecah kaca jendela kereta untuk jalan keluar. Karena panik, sebagian besar penumpang berebut saat ingin keluar melewati jendela itu.
Tin mengaku melihat suami istri tunanetra dengan seorang bayi digendong melompat dari jendela. Entah karena tunanetra atau panik, suami istri itu melompat ke selokan yang dalam di tepi rel. Mereka pun selamat.