Betty Tak Sempat Belanja ke Tanah Abang
Untuk menghindari kemacetan, Betty dan teman-temannya memilih menggunakan KRL
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Satu di antara korban tabrakan kereta rangkaian listrik (KRL) dan truk tangki Pertamina di pintu perlintasan Pondok Betung, Jakarta Selatan, Betty Ariyani (56), akhirnya meninggal dunia setelah sempat mendapat perawatan di Rumah Sakit (RS) Fatmawati, Jakarta, Senin (9/12) malam.
Meski berdomisili di Ciputat, Jakarta, setelah disemayamkan di Jakarta, jenazah Betty langsung dibawa ke Bandung untuk dimakamkan di kampung halamannya, Jalan Sersan Bajuri No 30, Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung. Jenazah korban tiba di rumah duka Selasa (10/12) pagi sekitar pukul 09.00 WIB.
Menurut keterangan anggota keluarganya, Betty meninggal dunia pada Senin malam sekitar pukul 20.45 WIB setelah mendapat perawatan intensif di RS Fatmawati. Betty diketahui mengalami luka bakar serius pada beberapa bagain tubuhnya, yakni pada tangan, wajah, dan badannya.
"Jenazah tiba pukul 09.00 pagi dengan menggunakan ambulans. Disalatkan, lalu dimakamkan di TPU Sersan Bajuri," ujar kakak ipar Betty, Popo (60), saat ditemui di rumah duka kemarin.
Kedatangan jenazah Betty langsung disambut isak tangis keluarga besar, para kerabat, warga, serta rekan-rekan korban dari Jakarta. Jenazah Betty dikebumikan sekitar pukul 10.00 WIB. Tangis haru suami dan dua anak Betty serta keluarga besarnya langsung pecah begitu jenazah Betty dimasukkan ke liang lahat.
Kepergian Betty yang sangat mendadak itu, kata Popo, sangat memukul keluarga besarnya. Bagaimana tidak, di mata keluarganya, Betty merupakan sosok yang baik dan dekat dengan keluarga besarnya. Meski tinggal di Jakarta, Betty sering mengunjungi keluarga besarnya di Bandung.
Popo, yang merupakan kakak kandung suami Betty, Subagja Kramadibrata (58), menceritakan, peristiwa tragis yang menimpa Betty bermula saat adik iparnya itu diajak oleh teman-temannya yang berasal dari Medan untuk mengantar mereka berbelanja ke Pasar Tanah Abang. Untuk menghindari kemacetan, Betty dan teman-temannya memilih menggunakan KRL.
"Mereka naik dari Ciputat menuju Sudimara. Dari Sudimara menuju Tanah Abang. Namun belum juga sampai, kecelakaan terjadi," ujar Popo sambil menahan haru.
Suami Betty, Subagja, mengaku tidak menyangka akan ditinggalkan secara tiba-tiba oleh istrinya untuk selama-lamanya. Meski sangat kehilangan, ia tampak sudah mengikhlaskan kepergian belahan hatinya tersebut.
"Kami tidak akan menuntut siapa-siapa. Bagi kami ini musibah," kata dia saat ditanya wartawan sambil tertunduk sedih.
Berdasarkan pantaun hingga semalam, selain kerabat dan para sahabat, warga setempat pun tampak bergerombol dan terus berdatangan ke rumah duka guna menyampaikan rasa bela sungkawa terhadap kepergian Betty yang meninggalkan seorang suami dan dua anak itu.