Pengamat: Iklan Politik Pengalih Perhatian Sisi Negatif Tokoh
Polemik seputar acara kuis interaktif yang bertajuk "Kuis Kebangsaan" semakin seru.
Penulis: Bahri Kurniawan
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polemik seputar acara kuis interaktif yang bertajuk "Kuis Kebangsaan" semakin seru. Acara kuis yang dituding hasil rekayasa tersebut jelas-jelas sebuah kampanye salah satu pasangan capres-cawapres.
Selama ini, bentuk kampanye terselubung capres-cawapres hanya melalui iklan di televisi. Iklan politik yang selama ini ada hanya memperlihatkan sisi ketokohan saja, tidak menampilkan ide atau gagasan bagi bangsa ini.
Hamdi Muluk, Pengamat Psikologi Politik Universitas Indonesia, mengatakan iklan politik merupakan pengalih perhatian masyarakat dari sisi negatif sang tokoh.
“Energi kreatif dan kemampuan yang dimiliki para bintang iklan politik, akan lebih baik jika diwujudkan dalam bentuk kerja nyata bagi masyarakat,” jelas Hamdi.
Pria asal Sumatera Barat ini menyebut tren blusukan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo yang gencar diwartakan media telah mengubah paradigma berpikir masyarakat.
“Rakyat lebih percaya pada orang yang terlihat kerjanya dibanding yang cuma cari muka di televisi,” papar Hamdi.
“Karakter politisi terbangun melalui pengabdian kepada masyarakat. Sekarang ini karakter dibangun atas dasar marketing,” katanya.
Judhariksawan, Ketua KPI, mengaku telah memanggil dan meminta klarifikasi stasuin televisi yang menayangkan "Kuis Kebangsaan". Ia berpendapat tidak masuk akal jika stasiun televisi menyatakan kuis tersebut adalah iklan.