Sejarah Kelompok Teroris Ciputat: Lanjutkan Perjuangan Abu Omar
Kelompok ini masih memiliki hubungan erat dengan kelompok Abu Roban
Penulis: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sel kelompok teroris di Indonesia tidak pernah lepas dari kelompok-kelompok lama yang pernah diungkap kepolisian, termasuk kelompok teroris Ciputat, Tangerang Selatan, Banten yang baru-baru ini berhasil diungkap tim Densus 88 Antiteror Polri.
Kelompok ini masih memiliki hubungan erat dengan kelompok Abu Roban yang mendeklarisikan diri sebagai Kelompok Mujahid Indonesia Barat.
Terbentuknya kelompok pimpinan Hidayat alias Dayat alias Daeng alias kacamata diawali dengan ditangkapnya gembong teroris jual beli senjata Abu Omar 2010 silam, kemudian dideklarasikan kelompok bersenjata yang dinamai Batalyon Abubakar yang dibentuk pada 4 Juni 2011
Kelompok ini melakukan berbagai aksi teror diantaranya aksi penembakan terhadap anggota polisi yang didahului dengan survei beberapa kantor polisi setingkat Polsek dan Pos Polisi di Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan.
Mereka mengumpulkan senjata api, amunisi, dan bahan peledak yang sebelumnya sempat didatangkan Abu Omar dari Filipina dan sisa-sisa kerusuhan di daerah Maluku. Kelompok Abu Omar memang memiliki banyak pengikut di wilayah Jakarta.
"Kelompok jaringan Abu Omar yang belum tertangkap ini kemudian berkolaborasi dengan eks anggota JAT seperti Wiliam Maksum dan Budi Syarif dan beberapa orang lainnya," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (3/1/2014).
Kemudian pengikut Abu Omar dan mantan-mantan JAT tersebut melakukan pertemuan pada 2012 yang dikenal dengan Deklarasi Situ Gintung. Saat itu hadir Hidayat alias Dayat alias Kacamata, Abu Roban alias Bambang Nangka, Nurul Haq alias Jeck, Ozi alias Agung Fauzi, Polo alias Deko, Sofyan alias Acong, Indra Wahyudi, Agung alias Primus, Endang alias Lupus, Edo, Husni alias Nangka, Wahyu Hidayat alias Anwar, Fajar Sidiq, dan Hendi.
"Deklarasi Situ Gintung itu bertujuan melanjutkan kembali perjuangan jihad Batalyon Abu Bakar yang dipimpin Abu Omar alias Zul alias Abang," ucap Boy.
Dalam deklarasi Situ Gintung lahirlah beberapa kesepakatan diantaranya mengangkat Deko alias Polo alias Kodrat menjadi pimpinan tertinggi dengan memimpin tiga wilayah satu diantaranya Wiliam Maksum yang memimpin wilayah Bandung.
"Terhadap para anggota kelompok ketiga wilayah tersebut. empat mencari dana dengan amaliyah berupa fai, sedangkan untuk amaliyah besar seperti pembunuhan dan orang kafir menurut mereka harus mendapat harus mendapat izin dari Deko alias Polo alias Kodrat," ujarnya.