Banjir Pantura Ancam Lumpuhkan Perekonomian Ibukota dan Pulau Jawa
Banjir di Pantura menyebabkan kegiatan ekonomi di pulau Jawa terganggu. Banjir di Indramayu-Cirebon mengakibatkan rute menuju Jakarta ditutup
Penulis: Bahri Kurniawan
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bencana banjir yang melanda Indonesia tidak hanya terjadi di ibukota. Sejumlah kota besar di Indonesia juga kebanjiran. Yang paling parah dialami kota Manado Sulawesi Utara.
Banjir bandang disertai tanah longsor menerjang ibukota propinsi Sulawesi Utara tersebut, menyebabkan 19 orang tewas, menghanyutkan 565 rumah warga dan 10.647 bangunan rusak. Selain itu, beberapa kota dan kabupaten di Sulawesi Utara juga diterjang banjir.
Selain Manado, jalur pantai utara Jawa (Pantura) juga mengalami musibah banjir. Beberapa daerah seperti Indramayu, Cirebon, dan Pekalongan adalah kota-kota yang terendam banjir.
Banjir di Pantura menyebabkan kegiatan ekonomi di pulau Jawa terganggu. Banjir di Indramayu dan Cirebon mengakibatkan rute menuju Jakarta ditutup sementara.
“Banjir yang terjadi di pantura sangat masif dampaknya. Contoh yang paling sederhana adalah terputusnya jalur menuju Jakarta,” ujar pengusaha Gatot Luprijatomo.
Menurut Gatot, jalur Pantura merupakan jalur utama kegiatan ekonomi di pulau Jawa.
“Kegiatan distribusi otomatis terhambat karena pantura banjir. Ketergantungan kita pada jalur pantura harus dicari solusinya. Jalur pantura sudah ada sejak zaman kolonial. Ini adalah jalan raya yang sudah tua umurnya, butuh peremajaan,” tutur alumnus Universitas Sebelas Maret ini.
Peremajaan yang dimaksud Gatot adalah adanya perbaikan-perbaikan yang nantinya menunjang keberadaan jalur pantura sebagai salah satu jalur utama transportasi di pulau Jawa.
“Banjir di pantura harus segera dibenahi. Jika jalur ini terputus maka perekonomian ibukota terancam lumpuh ” kata Gatot.
Musibah banjir yang terjadi di sejumlah kota di Indonesia utamanya disebabkan oleh adanya kerusakan lingkungan yang semakin parah dari tahun ke tahun. Selain itu, ketidak konsistenan penerapan Tata Ruang Wilayah di sejumlah daerah juga memperparah kondisi ini, di samping adanya bibit badai tropis di wilayah timur Indonesia. Imbasnya, intensitas angin dan hujan di wilayah Indonesia menjadi cukup tinggi.