KPK: Pemeriksaan Ibas Tak Terpengaruh Tulisan SBY
KPK tak terpengaruh pernyataan Presiden SBY bila nantinya menjadwalkan pemeriksaan terhadap Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas.
Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Edwin Firdaus
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak terpengaruh pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bila nantinya menjadwalkan pemeriksaan terhadap Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas.
Juru Bicara KPK, Johan Budi menegaskan ungkapan yang ditulis Presiden SBY dalam bukunya tidak akan mengganggu proses hukum yang tengah dilakukan pihaknya. Termasuk, jika dibutuhkan pemeriksaan terhadap Ibas.
"Ungkapan dari Pak SBY dari yang ditulis, tidak ada kaitannya sama sekali dengan tugas dan kewenangannya dengan KPK, karena ga ada hubungannya dengan tugas dan kewenangan dari KPK," kata Juru Bicara KPK, Johan Budi di Kantor KPK, Jakarta, Rabu (22/1/2014).
Namun, Johan mengaku belum mendapatkan informasi saat disinggung kapan pihanya memeriksa Ibas, termasuk untuk mengkonfirmasi soal pernyataan mantan Wakil Direktur Keuangan Grup Permai, Yulianis yang menyebut Ibas pernah mendapatkan uang sebesar 200.000 dolar AS dari perusahaannya saat Kongres Partai Demokrat di Bandung 2010 lalu.
"Belum ada rencana pemanggilan Ibas," ujarnya.
Diketahui, SBY dalam buku yang ia tulis "Selalu Ada Pilihan", menyebut wibawanya sebagai Presiden akan hancur apabila KPK memeriksa putra kandungnya.
"Sementara itu ada pula yang mengatakan bahwa Ibas sangat bisa dijebak, agar ada pintuk masuk untuk memperkarakanya. Alasanya dipanggil saja Ibas oleh KPK, misalnya menjadi saksi siapapun dan untuk kasus apapun, maka runtuhlah sudah kewibawaan saya sebagai Presiden," tulis SBY dalam buktu tersebut.
SBY juga menuliskan, sejumlah pihak akan mengeksploitasi agar Partai Demokrat juga hancur jika Ibas diperiksa. Dikatakan SBY, perilaku seperti ini akan menodai demokrasi.
"Momentum seperti ini akan dieskploitasi untuk sekaligus menghabisi Partai Demokrat hingga benar-benar lenyap dari peredaran. Kalau hal ini benar, politik kita telah memasuki era hitam dan gelap. Persis seperti apa yang ada dalam cerita-cerita film," tuturnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.