Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mereka yang Jatuh Cinta pada Terjun Payung

Indonesia ternyata sangat potensial untuk olahraga terjun payung.

Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Gusti Sawabi
zoom-in Mereka yang Jatuh Cinta pada Terjun Payung
Theresia Felisiani

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia ternyata sangat potensial untuk olahraga terjun payung. Wilayahnya luas menyediakan lokasi pendaratan terjun payung. Sebut saja pantai, dan lapangan.

Pencinta terjun payung pun bisa menjadikan area di antara gedung-gedung pencakar langit sebagai tempat pendaratan olahraga ekstrem itu.

Di Jakarta, ada ratusan orang pecinta dan pehobi olahraga terjun payung. Mereka tergabung dalam Komunitas Terjun Payung Jakarta yang disingkat dengan sebutan Kopaja.

Menurut Ketua Kopaja, Audie S Latuheru, anggota Kopaja berjumlah lebih dari 100 orang. Mereka berasal dari latar belakang berbeda mulai dari mahasiswa, dokter, pengusaha, artis, hingga anggota Polri.

Audie mengatakan Kopaja sebagai wadah bagi insan Jakarta yang ingin melakukan aksi terjun payung murni sebagai hobi dan olahraga. Beberapa waktu lalu, kata Audie, para anggota Kopaja melayang di antara gedung-gedung di kawasan Kuningan dan di kawasan silang Monas, Jakarta Pusat.

Hanya memang selama ini, terjun payung bisa disebut olahraga mahal. Dan tidak bisa dilakukan orang per orang.

Berita Rekomendasi

"Saat itu, kegiatan terjun payung di Indonesia kebanyakan diadakan oleh kesatuan TNI/Polri. Aktivitas terjun payung mengikuti jadwal Harpuan atau pemeliharaan kemampuan dari masing-masing kesatuan," ucap Audie pada Tribunnews.com, Minggu (9/2/2014).

Alhasil, jadwal latihan sampai aksi terjun payung pun mengikuti jadwal Harpuan dari TNI/Polri. Anggota TNI/Polri yang bergabung di Kopaja melepas atribut kesatuannya.

"Komunitas ini tidak lagi diakomodasi TNI/Polri. Ada pula masyarakat sipil. Jadi, terjun payung bukan kegiatan dari kesatuan. Kami urunan menyewa pesawat," kata Audie.

Uang dikumpulkan hanya pada hari melakukan terjun payung. Kopaja tak menarik iuran atau uang kas. Selain dari urunan untuk bisa terjun sekali dalam sebulan, Kopaja biasanya juga mencari sponsor.

Audie mengatakan urunan tak hanya demi mengatasi mahalnya biaya sewa pesawat. "Ada nilai kebersamaan dari urunan itu. Kami terjun ramai-ramai," terang pria yang selalu menggunakan kaos hijau neon setiap kali terjun.

Selain latihan dan aksi terjun payung, Audie serta kawan-kawan di Kopaja sering mengadakan kegiatan sharing, kumpul-kumpul dan kegiatan bakti sosial lainnya.

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas