Penamaan KRI Usman Harun Melanjutkan Tradisi
Penamaan KRI Usman-Harun merupakan tradisi yang biasa dilakukan di Indonesia
Penulis: Danang Setiaji Prabowo
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penamaan KRI Usman-Harun merupakan tradisi yang biasa dilakukan di Indonesia, sehingga tidak perlu menghiraukan protes yang dilakukan pemerintah Singapura.
Demikian dikatakan mantan Wakil Presiden era Orde Baru, Try Sutrisno, dimana menurutnya penamaan KRI Usman-Harun tidak ada niatan untuk berbuat buruk kepada Singapura.
"Masalah Usman-Harun sudah selesai 40 tahun yang lalu. Lee Kuan Yew (Perdana Menteri Singapura saat itu) sudah berziarah ke Taman Makam Pahlawan. Ini tradisi Angkatan Laut, khususnya Indonesia mengenai penamaan kapal. Ini sudah tradisi, tidak usah diributkan," kata Try di hotel Oasis Amir, Jumat (14/2/2014).
Mengenai anggapan dari pemerintah Singapura bahwa Usman-Harun adalah teroris karena meledakkan Macdonald House saat konfrontasi Indonesia dengan Malaysia, Try menegaskan bagi Indonesia, Usman-Harun tetap merupakan pahlawan.
"Bagi Indonesia, kita hargai pahlawan kita. Dia (Usman-Harun) bertugas disana, namanya konfrontasi. Setelah damai, tidak usah diungkit-ungkit lagi," cetusnya.
Mengenai isu pemerintah Singapura melarang KRI Usman-Harun melintasi perairan Singapura, mantan Panglima ABRI itu hanya menegaskan selama perairan tersebut wilayah Indonesia maka tidak boleh ada yang melarang.
"Kalau KRI itu, wilayanya Sabang sampai Marauke. Seluruh laut Indonesia bisa dijelajahi. Kapal kita, tradisi kita. Jangan takut sama orang lain. Kita sudah jelaskan, itu sudah selesai 40 tahun yang lalu," tukasnya.