Pesta Tepat Saat Kelud Meletus: Tenda Pengantin Ambruk di Tengah Acara
Pada malam meletusnya Gunung Kelud keluarga ini tengah menggelar malam pesta pernikahan. Apa yangvterjadi sangat mengejutkan
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Surya, Nuraini Faiq
TRIBUNNEWS.COM, KEDIRI - Saat menentukan hari baik untuk pesta pernikahan putranya, keluarga Sudarno, warga Desa Satak, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, tak menyangka bahwa hari yang dipilihnya bertepatan dengan malam meletusnya Gunung Kelud.
Di malam yang sama, keluarga ini tengah menggelar malam pesta pernikahan untuk putranya yang bernama Edi.
Keluarga yang tinggal di lereng Gunung Kelud sisi utara ini tak berani menunda hari pernikahan yang sudah ditentukan. Meski keluarga ini juga mengetahui bahwa hari-hari menjelang pesta pernikahan itu status gunung api di Kediri itu awas. Namun mereka sudah terlanjur menyiapkan segalanya hingga terselenggara pesta malam pernikahan Edi dengan Pratiwi.
Malam pesta pernikahan yang digelar Kamis (13/2/2013) itu semula berjalan normal. Namun para tamu undangan dan keluarga yang mulai berdatangan selepas pukul 18.00 WIB mulai merasakan hawa panas. Begitu juga keluarga dan tetangga merasakan yang sama, namun dianggapnya itu sumuk biasa.
"Banyak tamu undangan datang pada Kamis malam kemarin. Ada di antara mereka sudah ada yang mengira bahwa hawa panas itu ada kaitannya dengan status Gunung Kelud, terutama tamu orang-orang tua," ucap Handoko, tetangga yang rumahnya berhadapan dengan rumah Sudarno ditemui Surya, Sabtu (15/2/2014).
Handoko dan sejumlah warga yang lain ikut menatap tenda pengantin bersama terop yang ambruk dengan atap tenda bolong-bolong karena terkena lontaran batu pijar. Sementara konstruksi tenda yang lain ambruk tak kuat menahan hujan pasir dan kerikil hingga batu.
Tenda pengantin ini ambruk tepat saat pesta mereka selesai. Begitu menuntaskan acara sekitar pukul 10.00 WIB, keluarga ini bersama keluarga yang lain di Desa Satak harus dievakuasi ke pengungsian sebab aktivitas Gunung Kelud sudah sampai pada saatnya.
Menurut keterangan Handoko, sang pengantin, Edi dan Ningrum, memilih tetap berada di rumah. Di kampung yang jaraknya dengan puncak Kelud sekitat 10 KM, Edi tetap berdiam di rumah pada malam pengantin itu dan terus di dalam rumah meski Kelud sedang meletus. Lontaran batu pijar dan hujan abu tak mengusiknya.
Belum ada keterangan dari keluarga, saat dilihat di lokasi rumah Edi tak ada satu pun orang di situ. Rumah Edi sendiri tak terlihat karena tertutup tenda pengantin yang ambruk. "Hujan batu sebesar kerikil dan pasir, Edi masih di rumah dan tak ngungsi," kata Handoko yang memilih mengungsi.
Saat dicek di rumahnya, keluarga Edi tak tampak di rumah dan ternyata ikut mengungsi. Bahkan keluarga Edi tak tahu kalau tenda pernikahan Edi-Ningrum telah roboh. Sampai sore tadi, tenda ini dibiarkan ambruk. "Ibaratnya pesta pernikahan Edi sama saja dihibur kembang api tapi dari jilatan pijar Kelud," hiburnya.
Sebelum menikmati kembang api dari pijar lava Gunung Kelud, seluruh tamu undangan sudah pulang. Keluarga Edi pun segera membereskan kursi dan tempat duduk bersama pemilik pesta. Segera setelah Kelud meletus, " kata Handoko.