Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menkes Nafsiah Mboi, Perempuan Berpengaruh di Dunia

Siapa bilang perempuan tidak bisa berkarya dan membuat perubahan besar di dunia?

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Menkes Nafsiah Mboi, Perempuan Berpengaruh di Dunia
TRIBUN JOGJA/ Ikrob Didik Irawan
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi 

TRIBUNNEWS.COM - Siapa bilang perempuan tidak bisa berkarya dan membuat perubahan besar di dunia? Dengan segala kreativitas, kemampuan, bahkan kelembutannya, perempuan juga bisa jadi orang berpengaruh di dunia termasuk di dunia politik.

Di Hari Perempuan Internasional, United Nations Development Programme (UNDP) dan mantan Perdana Menteri Selandia baru, Helen Clark, memilih tujuh perempuan yang dianggap mampu memimpin perubahan positif dunia politik di seluruh dunia. Mereka adalah:

1. Nkosazana Dlamini-Zuma, ketua African Union
Nkosazana Dlamini-Zuma adalah perempuan Afrika pertama yang terpilih menjadi ketua African Union (AU) pada tahun 2012. Dalam perannya sebagai ketua, ia mendedikasikan kepemimpinannya untuk perempuan Afrika. Dia membuat keputusan dan kebijakan yang signifikan untuk mengatasi masalah gender di Afrika. Ia juga menunjuk utusan khusus untuk perempuan, perdamaian dan keamanan di Afrika untuk pertama kalinya.

Secara tak langsung ia membuat dunia mengakui bahwa perempuan bisa berperan untuk memecahkan konflik dan berkontribusi untuk perdamaian. ia juga mempelopori penciptaan program regional AU terhadap pemberdayaan ekonomi dan politik perempuan.

2. Bineta Diop, Utusan Khusus untuk Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan di Afrika, African Union
Bineta Diop baru-baru iniditunjuk sebagai utusan khusus untuk perempuan, perdamaian dan keamanan di Afrika. Ia dianggap menjadi pahlawan bagi para perempuan yang terkena dampak konflik di Afrika.

Perempuan ini juga selalu berada di garis depan dalam upaya memberdayakan perempuan di Afrika lewat kiprahnya di Femmes Afrika Solidarite. Perannya dinilai sangat penting dalam memastikan bahwa suara perempuan dan masyarakat tetap terdengar selama upaya perdamaian dan negosiasi konflik.

3. Nafsiah Mboi, Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nafsiah Mboi dikenal karena kepemimpinannya dalam upaya kolektif untuk mengurangi bahaya penyakit campak, gondok, dan rubella (MMR), serta HIV AIDS di Indonesia.

Berita Rekomendasi

Perempuan kelahiran Sengkang, Sulawesi Selatan ini dianggap telah membantu mengatasi tantangan pemikiran dogmatis seputar penggunaan kontrasepsi untuk mencegah penyebaran HIV AIDS di Indonesia. Perempuan berusia 73 tahun ini adalah perempuan pertama yang memimpin Global Fund, organisasi kesehatan dunia untuk penyakit HIV AIDS.

4. Sowmnya Kidambi, Direktur Society for Social Audit, Accountability and Transparency (SSAT), Departement of rural Development India.
Sowmya Kidambi telah memimpin pengenalan audit sosial di seluruh India, yang meninjau tentang sektro dana publik. Audit ini membantu untuk meningkatkan tata kelola pembangunan dan memperkuat kepercayaan publik terhadap pemerintah. Dia adalah perempuan yang sangat dihormati dan dikenal di seluruh India,

Ia juga berperan dalam pelatihan di berbagai organisasi audit sosial di kenya dan Afrika Selatan. Perempuan ini juga sudah memulai program, pelatihan audit sosial di sejumlah negara.

5. Natalia Gherman, Deputy Prime Minister, Minister of Foreign Affairs and European Integration, Moldova
Natalia adalah seorang pemimpin perempuan yang menyelesaikan negosiasi perjanjian perdagangan bebas untuk Moldova.Dia memulai karier diplomatiknya sejak hari kemerdekaan Moldova dari Uni Soviet pada tahun 1991. Ia menjadi duta besar untuk Austria pada tahun 2002-2006. Dan tahun 2006-2009 ia menjadi duta besar untuk Swedia, Norwegia, dan Finlandia.

6. María Fernanda Espinosa Garcés, Minister of National Defence, Ekuador
Perempuan ini termasuk salah satu pejabat perempuan pembuat kebijakan yang menonjol dalam pemerintahan Ekuador. Ketika dipilih oleh presiden Rafael Correa untuk menjadi menteri pada tahun 2012 lalu, ia mengatakan bahwa tujuan sebenarnya dari angkatan bersenjata adalah untuk menjamin keamanan nasional, keselamatan publik dan menjamin hak asasi manusia.

7. Zahra Langhi, co-founder, Libyan Women's Platform for Peace, Libya

Zahra adalah pemimpin perempuan sekaligus aktivis yang aktif di Libya. Ia juga telah mendorong gerakan perempuan Libya dari semua lapisan masyarakat untuk mendorong partisipasi, inklusi, menciptakan keamanan dan kesetaraan dalam masyarakat.

Ia juga mengubah penilaian masyarakat tentang perempuan dengan sanggup meningkatkan jumlah keterwakilan perempuan di majelis Libya sampai 17 persen. (The Guardian)

Tags:
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas