Teroris Poso Kirim Bom ke Makassar karena Sulit Beraksi di Surabaya
Pengungkapan pengiriman bom dari Surabaya ke Makassar terungkap berdasarkan informasi yang didapat kepolisian
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengungkapan pengiriman bom dari Surabaya ke Makassar terungkap berdasarkan informasi yang didapat kepolisian melalui pengintaian dan deteksi IT.
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Polisi Sutarman menuturkan petugasnya di lapangan sudah mengetahui sejak awal ada bom rakitan yang akan dikirim ke Makassar dari Surabaya melalui jasa pengiriman barang.
Paket berisi bom tersebut tertulis alamat jelas penerimanya di Makassar. Kemudian kepolisian pun mengikuti pergerakan barang tersebut hingga ke Makassar. Di Makassar kepolisian kemudian menunggu siapa orang yang akan mengambil paket tersebut sampai akhirnya ditangkaplah satu orang pada Senin (17/3/2014).
"Alamatnya jelas. Sehingga kita bisa menangkap pelakunya di Makassar karena dia itu akan mengambil terus kita ikuti," kata Sutarman di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (21/3/2014)
Kepolisian pun berkoordinasi dengan perusahaan jasa pengiriman paket barang tersebut, supaya paket yang berisi bom tersebut diperlakukan secara khusus
"Kita sudah ingin menginformasikan kepada perusahaan penerima itu supaya jangan terlalu dekat karena ini ada paket, kita intip dulu, setelah ada yang mengambil baru kita tangkap dan bom kita jinakkan," ungkapnya.
Dikatakan Sutarman, bom tersebut milik dari kelompok teroris pimpinan Santoso yang bermarkas di Poso, Sulawesi Tengah. Awalnya bom tersebut akan diledakkan di sejumlah tempat di Surabaya, Jawa Timur.
Tetapi kelompok tersebut kesulitan untuk meledakkan bom tersebut di tempat-tempat yang menjadi target mereka di Surabaya. Akhirnya bom tersebut dikirim ke Makassar untuk aksi di Sulawesi Selatan.
"Tadinya (bom akan) digunakan untuk target-target di Surabaya, mungkin suasananya tidak pas sehingga dikirim ke Makassar untuk melakukan penyerangan target di Sulawesi Selatan," ujarnya.
Dari penangkapan satu orang di Makassar, kepolisian mengembangkannya kembali dan kembali menangkap dua orang di tempat berbeda. Satu orang ditangkap di Bengkulu, satu lagi ditangkap di Lampung. Sehingga total orang yang ditangkap tersebut ada tiga orang.
Sutarman mengatakan bahwa, ketiganya merupakan anggota kelompok teroris jaringan Poso yang dipimpin Santoso. "Ini kelompoknya Santoso," ujarnya.