Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sampai Kapan Mereka Harus Mandi Air Lumpur

Yang masih jadi masalah adalah air bersih. Sebagian warga masih terpaksa mandi air bercampur lumpur dan air hujan.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Sampai Kapan Mereka Harus Mandi Air Lumpur
Kompas.com/M.Agus Fauzul Hakim
Seorang penjual jasa bersih atap saat menjalankan jasanya membersihkan atap rumah warga dari abu vulkanik erupsi Gunung Kelud, Selasa (25/2/2014). Jasa pembersih atap mulai marak usai erupsi Kelud 13 Februari 2014 lalu. 

TRIBUNNEWS.COM, KEDIRI -  Desa-desa korban erupsi Gunung Kelud terus menggeliat. Rumah-rumah yang ambruk dan rusak sudah bisa dihuni kembali, meski belum seratus persen normal.

Namun, yang masih jadi masalah adalah air bersih. Sebagian warga masih terpaksa mandi air bercampur lumpur dan air hujan.

Akhir pekan kemarin, Surya melihat lokasi-lokasi yang terkena dampak parah dari erupsi Kelud. Di antaranya Kecamatan Puncu, Ngancar, Kepung, Plosoklaten Kabupaten Kediri, serta Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.

Lokasi ini merupakan area yang paling dekat dengan puncak Kelud. Apabila ditarik garis lurus dari puncak Kelud, Kecamatan Puncu hanya berjarak sekitar 4 kilometer sebelah barat gunung. Sedang Kecamatan Ngantang berjarak sekitar 6 kilometer di sisi timur gunung.

Bekas letusan Gunung Kelud 14 Februari lalu itu masih belum sepenuhnya terhapus dari desa-desa di kaki gunung itu. Material vulkanik berupa pasir dan batu masih terlihat menumpuk di halaman.

Saat erupsi terjadi, material semburan kelud itu berserakan tak karuan, menutupi genting, halaman rumah, dan jalanan. Pepohonan dan tanaman tak luput dari siraman debu. Seisi kampung berselimut debu putih.

Sepulang dari pengungsian, warga dibantu aparat dan relawan bekerja keras, bersih-bersih rumah dan kampung. Nah, tumpukan meterial di halaman rumah itu merupakan hasil bersih-bersih.

Berita Rekomendasi

Kegiatan warga juga mulai normal. Kondisi itu bisa dilihat aktivitas pasar sudah pulih, belajar mengajar di sekolahan kembali normal, dan kantor-kantor layanan publik seperti balai desa, kantor kecamatan, dan lain-lain sudah banyak didatangi warga.

Namun, ada satu yang masih jauh dari pulih, yaitu ketersediaan air bersih. Warga merasakan betul susahnya kekurangan air bersih ini, terutama warga di sejumlah kecamatan di Kediri.

Krisis air ini terjadi karena sumber air andalan mereka mampet tersumbat material erupsi. Selain itu, kolam pengolahan dan semua pipa jaringan distribusi air porak-poranda diterjang lahar dingin pasca-erupsi.

Warga tak kuasa memperbaikinya. Butuh dana besar untuk memfungsikan kembali jaringan pipa yang menyuplai air ke sejumlah desa itu.

Mampetnya sumber air bersih membuat warga terpaksa menggantungkan kebutuhan air bersih dari pasokan Palang Merah Indonesia (PMI) dan PDAM kabupaten.

Setiap hari, secara bergiliran, truk tangki berisi air bersih mengisi profile tank (tandon) yang terpasang di depan sejumlah rumah warga.

Masing-masing tandon berkapasitas 1.100 liter itu disiapkan untuk 10 rumah atau kepala keluarga (KK). Jadi, tiap KK kebagian 110 liter per hari.

Halaman
12
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas