Mengintip Perawatan Pesawat Kepresidenan RI
Operasional pesawat seharga Rp840 miliar itu ditangani TNI Angkatan Udara dan perawatan diserahkan kepada GMF AeroAsia.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama GMF AeroAsia Richard Budihadianto menyatakan pihaknya telah siap menangani perawatan Pesawat Kepresidenan Republik Indonesia. Pesawat Boeing Business Jet 2 (BBJ-2) yang dibeli Pemerintah Indonesia itu sudah tiba di Bandara Halim Perdanakusuma pada Kamis, 10 April 2014.
Operasional pesawat seharga Rp840 miliar itu ditangani TNI Angkatan Udara dan perawatan diserahkan kepada GMF AeroAsia. “Kami dengan senang hati menerima kepercayaan menangani pesawat kepresidenan ini,” katanya. Kepercayaan ini menjadi catatan sejarah penting bagi perjalanan GMF sebagai perusahaan MRO terbesar di Indonesia.
Perawatan Pesawat Kepresidenan yang akan dilakukan oleh GMF mencakup line maintenance handling up to C-check (overhaul), perawatan ringan sampai perawatan besar. Selain itu, GMF juga memberikan dukungan material/suku cadang, perawatan komponen, ke-engineeringan, perawatan cabin, training serta re-painting dan logo design (jika diperlukan).
Program perawatan ini disesuaikan dengan karakteristik penggunaan pesawat. Penggunaan pesawat komersial biasanya mencapai 3.000 flight hours per tahun. Untuk pesawat kepresidenan biasanya 300-400 jam terbang per tahun. “Perawatan ringan mulai kita lakukan April ini di Bandara Halim Perdanakusuma,” katanya. Sedangkan perawatan besar akan dilakukan di Hangar 4 GMF.
Kesiapan GMF menangani perawatan pesawat kepresidenan mencakup semua aspek antara lain kapabilitas, kapasitas, dan sumber daya manusia. “Aspek-aspek yang terkait dengan perawatan pesawat yang dijalankan GMF sudah mendapat approval dari FAA dan EASA,” katanya.
GMF AeroAsia sudah memiliki certificate of approval dari FAA untuk semua tipe pesawat yang beroperasi di Indonesia seperti B747-Series, B737-NG, B777-Series, dan lain-lain. Level perawatan pesawat B737-NG misalnya, sudah mencapai tahap overhaul. “Kapabilitas ini terus kami kembangkan sesuai kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar,” katanya.
Selain itu, GMF AeroAsia memiliki pengalaman menangani perawatan pesawat kepresidenan setelah dipercaya menangani VVIP Yemenia pada tahun 2009. Pesawat Kepresidenan Yaman tipe B747-SP itu menjalani perawatan C-Check dan modifikasi interior.
GMF juga memberikan pelatihan bagi lima orang teknisi Yemenia Presidential Fligth di Jakarta bersama perawatan pesawat milik pemerintah Yaman tersebut. Kerjasama dengan Pemerintah Yaman berlangsung sejak tahun 2003. “Jadi, selain dari aspek kapabilitas, kami juga memiliki pengalaman dalam menangani pesawat kepresidenan,” katanya.
Sedangkan dari aspek kapasitas, daya tampung GMF semakin meningkat, terutama jika Hangar 4 yang sedang dibangun mulai beroperasi pada pertengahan 2014 ini. Pembangunan hangar senilai Rp 500 miliar ini terus berjalan sesuai rencana.
Hangar 4 dengan total luas 57 ribu meter persegi ini merupakan upaya GMF meningkatkan kapasitas produksi sekaligus melengkapi tiga hangar yang telah beroperasi sebelumnya.
“Hangar 4 ini untuk menjawab kebutuhan pasar perawatan pesawat narrow body, baik untuk kawasan domestik maupun regional,” katanya. GMF membangun hangar baru karena pertumbuhan pesawat di Indonesia, terutama Garuda Indonesia sangat pesat.
Hangar 4 yang dirancang dengan konsep butterfly ini terdiri dari dua wing, area perkantoran, dan workshop di bagian tengah. Satu wing khusus digunakan untuk perawatan pesawat Garuda dan satu wing lain untuk Non Garuda baik domestik maupun internasional. Luas area perkantoran dan workshop mencapai 17.600 meterpersegi (dua lantai) dan luas hangar 46.400 meterpersegi.
Hangar ini mampu menampung 16 pesawat berbadan kecil (narrow body) untuk melaksanakan perawatan secara bersama. Dari 16 bay yang ada, satu bay digunakan sebagai fasilitas painting. “Hangar 4 akan menambah kapasitas GMF secara signifikan,” katanya.
Peningkatan kapasitas yang disertai dengan pengembangan kapabilitas sumber daya manusia ini tidak hanya menguntungkan GMF AeroAsia, tapi juga maskapai domestik dan bangsa Indonesia. Dengan kapasitas GMF yang bertambah, jumlah pesawat narrow body yang dapat melaksanakan perawatan di dalam negeri semakin banyak.
Selain meningkatkan efisiensi operator pesawat, keberadaan hangar baru ini juga membantu menekan jumlah devisa yang mengalir ke luar negeri. “Apalagi Hangar 4 ini dikerjakan oleh perusahaan dalam negeri dan pendanaannya didukung oleh institusi keuangan dalam negeri,” katanya.