Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Awas!Sekolah Bisa Jadi Pencetak Manusia Paedofil Baru

ketika dewasa akan berpikir melampiaskan seks dapat dilakukan pada anak kecil

zoom-in Awas!Sekolah Bisa Jadi Pencetak Manusia Paedofil Baru
kompas.com
Kapolres Cilandak bersama anak buahnya mengunjungi Jakarta International School di Jalan Terogong, Jakarta Selatan, Kamis (17/4/2014). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat kecil mereka dilecehkan, ketika besar mereka jadi guru dan melecehkan muridnya. Sepuluh atau dua puluh tahun berikutnya giliran si murid mencari mangsa. Itulah paedofil, seperti lingkaran setan.

Begitulah Peneliti dan Dosen Psikologi Pengambilan Keputusan, Ihshan Gumilar mengatakan.

Ihshan teriris ketika paedofil menyusup ke Jakarta International School (JIS). Baginya Itu sama saja mencetak paedofil-paedofil baru. Ini pula yang terjadi pada Zaenal alias ZA (25), tersangka sodomi di Jakarta Internasional School (JIS). Ternyata ZA pernah jadi korban pelecehan seksual serupa ketika kecil. Dalam istilah psikologi, tulis Ihshan itu dikenal sebagai abused-abuser cycle.

Berawal dari korban (abused) pelecehan seksual di masa kecil, lalu tumbuh menjadi orang dewasa yang memakan korban (abuser). Orang yang jadi korban pelecehan seks saat kecil, ketika dewasa akan berpikir melampiaskan seks dapat dilakukan pada anak kecil.

Lebih jauhnya lagi mereka merasakan bahwa kepuasaan seks mereka dapat dipenuhi dengan melakukannya kepada anak-anak. Makanya seorang paedofil memang berusaha sebisa mungkin agar leluasa berinteraksi dengan anak-anak. Makanya mereka menyusup jadi guru, pelatih olahraga, guru les, guru musik dan lainnya.

"Pekerjaan ini membungkus kelakuan biadab mereka. Ketika paedofil masuk ke sekolah dan melecehkan anak, itu sama saja mencetak paedofil-paedofil baru. Sebab sepuluh sampai dua puluh tahun berikutnya giliran anak-anak itu mencari mangsanya. Maka seharusnya masyarakat merubah pola pikir. Tak selamanya pendidikan barat menjadi yang terbaik (the best)," ujar Ihshan.

Siapapun mereka, tulis Ihshan, orang-orang asing di negeri ini tetap manusia. Mereka punya sisi psikologi yang bisa saja abnormal. Pendidikan bukan dinilai dari label sekolah ataupun penampilan para pengajar. Tapi pendidikan itu dinilai dari perilaku dan moral yang dilakukan selama dan setelah proses belajar.

Berita Rekomendasi

"Ajarkanlah tentang apa yang harusnya boleh disentuh oleh orang lain atau tidak kepada anak semenjak kecil. Sekolah adalah tempat untuk mencetak manusia-manusia yang bermoral bukan tempat untuk melampiaskan nafsu dan menciptakan paedofil-paedofil baru," ujarnya.(Theo Yonathan Simon Laturiuw)

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas