Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pembobol ATM Mandiri Sembunyikan Ratusan Kartu Debit di Sela Pintu Mobil

Vinoth seorang eksekutor pembobol ATM Mandiri menyembunyikan ratusan kartu debit di sela pintu mobilnya sehingga polisi sulit menemukan barang bukti.

Penulis: Adi Suhendi
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Pembobol ATM Mandiri Sembunyikan Ratusan Kartu Debit di Sela Pintu Mobil
SRIPOKU.COM/TOMMY SAHARA
Ilustrasi: Baranhar Abdulah (tengah) menunjukan puluhan kartu ATM milik korbannya, yang isi tabungannya dikuras, di Palembang, Jumat (20/6/2014). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Vinoth seorang eksekutor pembobol ATM Mandiri menyembunyikan ratusan kartu debit di sela pintu mobilnya sehingga polisi sulit menemukan barang buktinya.

Sebelumnya diberitakan, kepolisian hanya menemukan alat pengganda data kartu ATM yang dikemas dalam bentuk mainan kapal berwarna biru dari pelaku Siva. Kemudian saat menangkapan Vinoth, polisi hampir tidak menemukan bukti sama sekali.

"Ini kejelian penyidik dengan membongkar mobil Vinoth, penyidik menemukan uang Rp 50 juta. Kemudian kartu ATM dimasukan ke door trim (sela-sela pintu mobil. Ini kejelian karena sebelumnya kami minim barang buktinya, akhirnya barang buktinya lengkap," ungkap Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Brigjen Pol Kamil Razak di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (3/7/2014).

Sub Direktorat Perbankan, Direktorat Tindak Pidana Khusus Bareskrim Polri akhirnya mampu membongkar sindikat dibalik raibnya sejumlah uang milik nasabah Bank Mandiri.

Saat itu Bank Mandiri melakukan pemblokiran terhadap sejumlah kartu ATM nasabahnya karena ada penarikan ilegal terhadap uang nasabah melalui mesin ATM. Kemudian kejadian tersebut dilaporkan ke Bareskrim Polri oleh pihak Mandiri. Penyidik pun langsung mengusutnya sampai akhirnya polisi mendapatkan petunjuk dari CCTV ATM yang berada di Senayan City Jakarta dan Rest Area Sentul, Bogor.

"Dari CCTV tersebut kita memperoleh gambaran muka orang yang melakukan transaksi tersebut yang bernama Siva. Siva kebetulan sudah diincar atau menjadi DPO (buronan) dari Subdit Perbankan khususnya," ungkap Kamil.

Berita Rekomendasi

Dalam kasus ini kepolisian menciduk tiga tersangka masing-masing bernama Siva, Vinoth, dan Riska. Ketiganya dijerat dengan pasal 31 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang transfer dana dan atau pasal 32 dan pasal 33 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang pencucian uang.

Bukan hanya menciduk pelaku pembobolan ATM Mandiri saja, kepolisian pun mengamankan dua orang lainnya pada saat penangkapan tersangka karena melanggat keimigrasian dan memalsukan KTP.

Wali yang mengaku baru datang ke Indonesia kemudian numpang tidur di tempat Siva. Rencananya Wali akan di deportasi karena Warga Negara Srilanka dan masih dalam perlindungan United Nations Hight Comisioner fer Refugees (UNHCR).

Sementara Rajan pun sama tersangkut masalah imigrasi karena tinggal di Indonesia menggunakan KTP Palsu.

Sebetulnya Siva dan Vinoth pun merupakan orang keturunan Srilankan yang sudah lama tinggal di Indonesia. Kecuali Riska yang merupakan istri Siva, ia merupakan orang Medan yang sama-sama melakukan kejahatan perbankan bersama Siva.

"Mereka masuk ke Indonesia melalui Malaysia kemudian di Medan membuat KTP yang ditengarai Palsu. Saudara Siva sendiri memiliki tiga KTP palsu," ujarnya.

Dijelaskan Kamil, pengakuan Vinoth kepada penyidik dirinya telah mentransfer atau mengambil uang sebanyak Rp 1,5 miliar.

Dari kejahatan tersebut, ia memperoleh bagian sekitar Rp 130 juta. Sementara Siva belum jelas berapa jumlah uang yang diambil.

"Namun ditengarai kerugian Perbankan sekitar Rp 3,9 miliar. Pelaku lapangan hanya mendapat bagian persentase. Sementara uangnya banyak itu mengalir oleh 2 pelaku yg di Kanada (Kingston dan Lee)," ungkapnya.

Kingston pernah ke Indonesia, pria keturunan India dan menikah dengan wanita Srilanka ini tinggal lama di Kanada.

Ia yang merekrut Siva dan Vinoth. Sementara Lee belum jelas asal usulnya, tetapi ia tinggal di Kanada.

"Disamping di Indonesia, kelompok ini juga melakukan transaksi di Malaysia, Kanada Prancis, dan Srilanka. Semua adalah perbankan yang ada di Indonesia," ungkapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas