Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Terkenal Sebagai Negara Subur Indonesia Gagal Wujudkan Swasembada Pangan

Ironis! Terkenal sebagai negara subur, Indonesia gagal mewujudkan swasembada pangan.

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in Terkenal Sebagai Negara Subur Indonesia Gagal Wujudkan Swasembada Pangan
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
ILUSTRASI : - Pedagang sayur melayani pembeli di Pasar Ancol, Jalan Karapitan, Kota Bandung, Rabu (16/7). Dua minggu menjelang Lebaran, sejumlah harga komoditas sayuran masih turun diperkirakan akan kembali normal dan bahkan mengalami kenaikan beberapa hari menjelang Lebaran. Komoditas yang harganya terus naik adalah bawang merah dari Rp 20 ribu menjadi Rp 24 ribu per kg, harga kentang stabil di Rp 10-11 ribu per kg, sedangkan buncis dan kacang panjang harganya berangsur turun ke harga normal. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA. Ironis!  Terkenal sebagai negara subur, Indonesia gagal mewujudkan swasembada pangan. Lihat saja, data hasil sensus pertanian tahun 2013 yang baru dilansir Badan Pusat Statistik (BPS), kemarin (12/8/2014).  

BPS menyebut, impor pangan Indonesia terus melesat dari tahun ke tahun. Jika tahun 2003, impor pangan baru sebesar US$ 3,34 miliar, maka 10 tahun kemudian atau di tahun  2013 sudah melonjak lebih dari empat kali lipat menjadi US$ 14,90 miliar.

Melesatnya angka impor produk pertanian dipicu antara lain: meningkatnya konsumsi pangan masyarakat Indonesia, naiknya angka kedatangan turis ke Indonesia serta bertambahnya jumlah penduduk Indonesia.

Data  Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional tahun 2012 menyebut: perkiraan jumlah penduduk Indonesia tahun 2013 mencapai 250 juta jiwa, dan tahun 2025 akan tembus 400 juta.

Di sisi lain, "Pertumbuhan produktivitas pangan tumbuh normal," ujar Deputi  Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo, kemarin. Bahkan, dalam 10 tahun terakhir, juga telah terjadi penyusutan jumlah rumah tangga petani sebesar 500.000 keluarga per tahun.

Tak pelak, kondisi ini membuat impor produk hortikultura meruyak. Ambil contoh impor sayuran. BPS mencatat, impor sayuran di 2013 mencapai US$ 640,76 juta. Nilai ini naik 27,24% dibanding 2012 yang masih US$ 503,59 juta.

Impor sayuran dari Tiong kok menduduki posisi tertinggi dengan nilai US$ 423,95 juta. "Impor sayur dari China yang naik tajam adalah bawang putih, wortel," tandas Sasmito, Selasa (12/8).

Berita Rekomendasi

Celakanya, kenaikan impor pangan sulit terbendung lantaran mendakinya konsumsi dan jumlah penduduk. "Pemerintah tak siap imbangi permintaan pangan penduduk," ujar Khudori, pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia.  

Menurut Khudori,  gagalnya program swasembada pangan bukan semata-mata kesalahan Kementerian Pertanian. "Kemtan hanya berperan 30%, sisanya peran menteri lain, seperti perdagangan, perindustrian dan lain-lain," kata dia.

Tak ada pilihan: pemerintah harus turun tangan, yakni dengan fokus membuat kebijakan pro pertanian. Produksi pangan harus digenjot dengan menambah lahan pertanian.

Tentu dengan segera berakhirnya masa Pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, adalah pemerintah baru kelak harus bisa menangani laju impor dan mendongkrak produktivitas pangan. (KONTAN/  Margareta Engge Kharismawati, Widyasari Ginting )

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas