Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jepang Diharapkan Jadi Mitra Utama Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla

"Jepang punya sleeping money yang cukup besar. Dana itu menarik," ujar Yusron saat ditemui Tribunnews.com di rumah dinasnya di Tokyo, Jepang.

Penulis: Rachmat Hidayat
Editor: Y Gustaman
zoom-in Jepang Diharapkan Jadi Mitra Utama Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla
AFP/SONNY TUMBELAKA
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) berjabat tangan dengan Presiden terpilih, Joko Widodo (Jokowi) saat mengadakan pertemuan di Hotel The Laguna, Nusa Dua, Bali, Rabu (27/8/2014). Pertemuan tersebut membicarakan berbagai hal menyangkut transisi pemerintahan. AFP PHOTO / SONNY TUMBELAKA 

Laporan Wartawan Rachmat Hidayat

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Duta Besar RI untuk Jepang Yusron Ihza Mahendra menyatakan Jepang idealnya akan kian menjadi perhatian dan mitra utama Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, khususnya dalam keperluan dana untuk membangun perekonomian Republik Indonesia dalam pemerintahan mereka nanti.

Jepang, ujar Yusron, mempunyai sleeping money yang amat besar, sementara bunga bank di dalam negeri Jepang amat kecil, yaitu 0,01 persen dan lazim disebut sebagai “bunga nol persen”.

Secara teoritis, dana ini berpeluang besar untuk dapat dimanfaatkan dan ini bergantung skema yang kita tawarkan, disamping juga masalah kepercayaan (trust).” Demikian diungkapkan Yusron saat ditemui Tribunnews.com di rumah dinasnya di Tokyo, Jepang, Rabu (27/8/2014).

Sebuah sumber mengatakan bahwa saking besarnya, apabila sleeping money di atas diberi bunga 2% per tahun saja pun, maka total bunga tersebut akan lebih besar dari total APBN negara-negara ASEAN.

"Logikanya, sambung Yusron, kalau kita mengajukan pinjaman kepada Jepang dengan bunga 1% saja pun, maka berarti bunga ini 100% lebih besar dari bunga bank dalam negeri Jepang yang hanya 0,01% tadi. Ini pasti merupakan tawaran yang menarik bagi Jepang. Sejauh mana kita ssanggup meyakinkan Jepang, ini merupakan kunci yang utama. Peluang kerjasama RI-Jepang amat banyak," katanya.

Salah satunya, kata dia, adalah peluang kerjasama di bidang pertanian.Sejauh ini Jepang hanya sanggup memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri sebesar 56%, sedangkan sisanya dipenuhi dengan cara impor. Posisi ini amat rentan bagi Jepang sehingga tema utama politik ketahanan pangan Jepang sejak lebih dari saru dasawarsa terakhir ini adalah diversifikasi ketergantungan impor.

Jepang amat riskan jika kebutuhan pangannya hanya tergantung pada impor dari dua atau tiga negara saja, terutama jika memikirkan kemungkinan embargo atau risiko-risiko lainnya. Inilah sebabnya maka langkah diversifikasi tadi mereka jalankan.

Dengan lahan yang luas, tenaga kerja yang melimpah serta iklim tropis, Indonesia sebenarnya memiliki keunggulan yang besar di bidang pertanian, dibanding negara-negara empat musim seperti Jepang dan lain-lain.

“Jika kita ingin bertarung dengan negara maju dalam hal industri otomotif dan elektronik, ini mungkin tidak mudah karena mereka amat unggul di bidang ini. Tapi, jika bertarung di bidang pertanian, saya yakin kita akan menang, terutama karena faktor alam kita. Karena Presiden Jokowi amat dekat dan pro dengan wong cilik, maka menitikberatkan kebijakan pembangunan Indonesia pada bidang pertanian tentu amat tepat," kata Yusron.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas