Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

'Tidak Fair SBY Didorong Naikkan BBM di Akhir Pemerintahan'

Ia menilai konsumsi masyarakat dengan subsidi tahun lalu ditambah kuota cadangan sudah mencukupi

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in 'Tidak Fair SBY Didorong Naikkan BBM di Akhir Pemerintahan'
AFP/SONNY TUMBELAKA
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) bersama Presiden terpilih, Joko Widodo (Jokowi) bersiap menggelar jumpa pers usai mengadakan pertemuan di Hotel The Laguna, Nusa Dua, Bali, Rabu (27/8/2014). Pertemuan tersebut membicarakan berbagai hal menyangkut transisi pemerintahan. AFP PHOTO / SONNY TUMBELAKA 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso mengapresiasi pertemuan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Joko Widodo di Bali. Menurut Priyo, pertemuan itu penting untuk membicarakan RAPBN 2015.

Ia mendengar pertemuan tersebut juga untuk membahas persoalan bahan bakar minyak (BBM). Priyo meminta SBY tidak didesak menaikkan harga BBM.

"Jangan SBY didesak-desak untuk mengurangi subsidi yang berimplikasi kenaikan BBM," kata Priyo di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (26/8/2014).

Pasalnya, kata Priyo, SBY telah memberikan sinyal di akhir kepemimpinannya. Dimana SBY
memerintahkan kabinet untuk tidak mengambil kebijakan strategis.

"Kalau SBY didorong-dorong di akhir pemerintahan beliau, ini tidak fair. Karena beliau sudah menyampaikan tidak akan mengambil kebijakan strategis di akhir pemerintahan beliau," tuturnya.

Politisi Golkar itu menuturkan lebih baik pemerintahan mendatang yang menaikkan BBM. Ia juga menyebut setiap presiden pernah menaikkan BBM.

Berita Rekomendasi

"Jangan diistimewakan Jokowi tidak boleh menaikkan BBM. Kalau presiden baru menaikan BBM dalam rangka menyelamatkan ekonomi, dan itu sah-sah saja.

Politisi Golkar itu juga mengaku aneh dengan terjadinya antrean BBM di sejumlah daerah. Ia menilai konsumsi masyarakat dengan subsidi tahun lalu ditambah kuota cadangan sudah mencukupi. Sehingga tidak perlu ada antrean.

"Karena Pertamina sebagai agen negara mendistrisbusikan mempunyai cadangan cukup. Pertamina tidak rugi karena kekurangan dalam bentuk subsidi itu dibayar negara. Tidak masuk akal ini, apakah ada faktor kesengajaan, ini perlu pemeriksaan," imbuhnya.

Priyo mengatakan DPR harus memanggil Pertamina dan Menteri terkait permasalan tersebut.

"Harus segera dicari solusinya, sangat memalukan di masa peralihan kekuasaan terjadi antrian BBM," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas