Rekonsiliasi Prabowo dengan Jokowi Biar Terjadi Secara Alamiah
sejumlah pihak mendorong dilakukannya rekonsiliasi antara Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Joko Widodo terpilih sebagai presiden melalui pemilihan yang berlangsung alot. Proses Pilpres 9 Juli lalu yang hanya menampilkan dua pasangan kandidat telah menyebabkan terbelahnya masyarakat.
Dengan kondisi tersebut, sejumlah pihak mendorong dilakukannya rekonsiliasi antara Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Jimly Asshiddiqie mengatakan rekonsoliasi sebaiknya terjadi secara alamiah sebagai bentuk pengalaman bangsa Indonesia.
"Ya tidak perlu dipaksakan rekonsoliasi biar terjadi secara alamiah karena kita belum punya pengalaman sebagai bangsa yang memiliki dua kekuatan, yang membelah dua karna capres nya cuma dua. Kalo di Amerika kan sudah berabad-abad sudah biasa capresnya selalu dua di Indonesia cuma kali ini," uja Jimly sebelum memberikan pengantar pada acara Halaqah dan Konbes NU di Masjid Al-Hiqam, Depok, Sabtu (30/8/2014).
Jimly justru menyarankan dinamika politik yang sedang berlangsung agar dinikmati. Karena lanjut Jimly selain sebagai pengalaman pertama, kondisi politik yang telah memunculkan dua kekuatan politik tersebut dapat menjadi pengalaman terakhir.
"Perlu ini yang pertama bisa juga yang terakhir karena 2019 nanti pemilhan umum serentak antara pileg dan dan pilpres. semua partai politik mempunyai hak yang sama untuk mengusung capresnya. Karna itu sangat besar kemungkinan ini pengalaman pertama dan terakhir jadi kita nikmati saja dabulu tidak usah tegang, alamiah saja," ujar Jimly.