Tim Transisi Jokowi-JK Diminta Konsentrasi Pikirkan APBN 2015
Bukan saja persoalan rencana menaikkan harga BBM bersubsidi, memikirkan penerimaan negara dari pajak dan bukan pajak pun banyak kendalanya.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim Transisi Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-Jk) diminta berkonsentrasi memikirkan belanja negara tahun 2015 sebesar Rp 2.020 triliun dari pada sibuk membahas kabinet dan calon-calon menteri dalam kabinet Presiden Jokowi.
Untuk mencapai belanja negara yang disampaikan Presiden SBY saat menyampaikan pidato kenegaraan nota keuangan RABN 2015 itu bukan pekerjaan mudah atau sangat berat.
“RAPBN tahun 2015 kan direncanakan mencapai Rp 2.020 triliun. Itu kan sangat berat. Nah, yang harus dipikirkan itu bagaimana caranya menggenjot penerimaan negara ,terobosan apa yang mau dibuat, bukan melontarkan isu soal perampingan kabinet dan membuat spekulasi menteri-menterinya Jokowi,” kata pengamat politik Timbul Tampubolon kepada wartawan di Jakarta, Jumat (5/9/2014).
Koordinator Komunitas Kasih Matraman Raya 10A(KKMR) ini memperkirakan pemerintahan Jokowi-JK nanti bisa kewalahan mengelola perekonomian nasional ke depan dengan alokasi belanja negara sebesar Rp 2.020 triliun.
Bukan saja persoalan rencana menaikkan harga BBM bersubsidi, memikirkan penerimaan negara dari pajak dan bukan pajak pun banyak kendalanya.
“Tim transisi ditantang kreatifitasnya menggali penerimaan negara dari sektor pajak, potensinya sangat besar misalnya menaiikan pajak barang mewah, cukai rokok dan sebagainya,” katanya.
Begitu jugan menstabilkan nilai tukar rupiah yang masih melemah, tim transisi perlu berkonsultasi dengan berbagai pihak, bila perlu berkonsultasi dengan pelaku bisnis keuangan dan pasar George Soros.
Oleh karena itu tim transisi harus fokus memikirkan masalah penerimaan negara yang disusun oleh pemerintahan SBY itu. “Mereka saya lihat malah ikut terlibat dalam pembicaraan soal siapa yang akan menjadi menteri,”ujar Timbul Tampubolon.
Setelah ada gambaran penerimaan negara itu kata dia baru lah dibuat berbagai kebijakan-kebijakan
Mengenai calon-calon menteri itu kata dia tergantung pada Jokowi-Jk. Keduanya sudah tahu apa yang akan mereka perbuat nanti, terutama mencari figur-figur yang akan duduk di kabinet. “Jokowi-Jk jangan direcokin,”imbuhnya.
Dia menyatakan, kementerian-kementerian ini sudah ada sistimnya. Artinya, begitu sudah ada menterinya, maka sistim itu pun akan jalan dengan sendirinya. Tinggal bagaimana mensinkronkan dengan anggaran yang sudah dialokasikan dengan program-program prioritas Jokowi seperti Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, jalan tol laut dan sebagainya. “Tim Transisi dalam 40 hari ini fokus disitu, jangan kemana-mana,”pinta Timbul Tampubolon.
Dia menambahkan, perampingan kabinet justru bisa merepotkan pemerinatahn Jokowi-Jk, selain memakan waktu, juga menyangkut soal sumber daya manusianya.
“Perampingan itu bisa merepotkan, keculai ditambah, boleh saja,”katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.