Faisal Basri: Saya Tidak Masuk Lingkaran Jokowi
Nama Faisal Basri disebut-sebut masuk bursa kabinet Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).
Editor: Rachmat Hidayat
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rahmat Patutie
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama pengamat Ekonomi Universitas Indonesia Faisal Basri disebut-sebut masuk bursa kabinet Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Posisi sebagai calon Menteri Koordinator Perekonomian. Selain karena dia dianggap 'berkeringat' untuk mendukung Jokowi-JK.
Melalui dunia maya internet, tulisan-tulisan cerdas, dan diskusi yang membuka wacana, Faisal banyak membela Jokowi.
Nama laki-laki ponakan mantan Wakil Presiden Adam Malik Batubara ini semakin mencuat untuk masuk pemerintahan Jokowi-JK, karena poling kandidat anggota kabinet yang melalui situs www.kabinetrakyat.org mengungulkan namanya sebagai Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian.
Para pemilih melalui dunia maya menempatkan Faisal pada posisi teratas, mengalahkan konglomerat, Ketua Komite Ekonomi Nasional dan Menko Perekonomian saat ini Chairul Tanjung serta pengamat ekonomi Hendri Saparini.
Namun apa daya, tampaknya Faisal tidak akan menduduki posisi terhormat itu. Pensiunan ekonom dari Universitas Indonesia ini menolak duduk sebagai Menko.
"Saya bukan tim, saya bukan apa-apa. Saya bukan Tim Transisi, bukan Tim Pokja. Relawan saja seperti relawan yang lain. Waktu kampanye ikut kampanye, di media maya, televisi, tulisan, acara seminar, dan diskusi. Saya tidak boleh atasnamakan (tim Jokowi-JK). Karena kenyataanya tidak," ujar Faisal Basri, saat ditemui Tribun di kantornya Graha Tirtadi, Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
Pendiri dan mantan Sekretaris Jenderal DPP Partai Amanat Nasional itu melanjutkan, "Saya tidak masuk dalam lingkaran Jokowi. Saya (hanya) diundang oleh pokja-pojka untuk memberikan pandangan. Minta masukan ya kasih masukan. Terus menulis bagaimana cara mewujudkan tol laut Jokowi. Saya tulis dalam tulisan di blog saya," katanya.
Dia justru mengaku tidak tahu, namanya masuk nominee calon menteri. "Dalam poling Anda dikategorikan yang tertinggi," tanya Tribun. Faisal menjawab, "Ini kan bukan Indonesian Idol. Kan milih menteri tidak pakai poling. Iya tidakA? Jadi saya enggak mau menanggapi."
Faisal kemudian bertanya balik, "Coba misalnya saya menteri apa?" Saat Tribun menyebut jabatan Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian, dia tampak tersentak.
"Berarti saya tidak bisa ngurusin politik lagi dong, tidak bisa ngurusin petani lagi," katanya.
Faisal mengungkapkan, dia termasuk orang paling getol mengusulkan agar jabatan menteri koordinator dihapuskan. Di dunia ini tidak ada yang punya menko.
"Apa hebatnya kita harus punya menko? Di Cina negara lebih besar (dari Indonesia) tidak punya menko. Jumlah menterinya hanya 25. Jadi kalau saya dicalonkan menko, jawaban saya tidak perlu jabatan menko itu. Mengajar sekalah di UI murid saya pintar-pintar loh, happy banget. Kan banyak orang yang lebih pintar dari saya," lanjut Faisal.
Andaipun ada anggapan yang menyebutnya cocok jadi calon menteri karena berasal dari kalangan profesional, menurut dia tidak bisa dipakasakan.
"(Saya) Pakai sepatu saja tidak bisa. Karena seideal-idealnya kita enggak usah ada menko. Dikoordinasikan oleh presiden," kata Faisal, pria yang kerap memakai sepatu sandal.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.