Pedagang Di Kantin SDN 03 Cipondoh Sampaikan Aspirasi Untuk Jokowi
Tamu tersebut tidak langsung masuk melewati pintu gerbang, ia pertama bertanya pada petugas yang berjaga dari luar pagar.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --- Rumah Transisi Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK), di Jalan Situbondo nomor 10, Menteng, Jakarta Pusat, kedatangan tamu seorang pria yang menenteng kotak plastik berisi makanan ringan pada Selasa (16/9/2014) siang. Tamu tersebut tidak langsung masuk melewati pintu gerbang, ia pertama bertanya pada petugas yang berjaga dari luar pagar.
Tamu yang mengenakan kaos berkerah dan topi yang terpasang agak miring itu berbicara agak terbata-bata. Ia menerangkan maksud nya untuk menyampaikan aspirasinya pada Jokowi - JK. Setelah menyampaikan maksud dan tujuannya, ia pun dipersilahkan masuk melewati pintu gerbang putih.
Tamu tersebut adalah Hermansyah Himkinbuan (47), pedagang makanan di kantin SDN 03 Cipondoh, Tanggerang, Banteng, yang hendak menyampaikan masukan soal Mempercepat Pemerataan Program Pembangunan Indonesia (MP3I).
Hermansyah atau yang akrab dipanggil Herman itu kemudian duduk di kursi penjaga Rumah Transisi Jokowi - JK, tanpa meminta izin. Penjaga yang merupakan petugas Paspampres itu pun tidak melarang Herman. Sang tamu itu lalu mengeluarkan sebuah amplop dari tas "slempang" nya, yang berisi makalah mengenai masukan-masukan untuk Jokowi - JK. Setelahnya Herman pun menerima tanda terima untuk amplop tersebut.
Kepada TRIBUNnews.com Herman mengaku punya banyak gagasan untuk menyelesaikan program MP3I yang selama ini tidak kunjung sukses, yang ia tuangkan dalam makalah enam lembar, yang ia titipkan di penjaga Rumah Transisi.
Di makalah tersebut di pojok kiri atas di tulis "Kepada Yth Bapak Chirstanto, Tim Permintaan Transisi Bapak Joko Widodo-Jusuf Kalla," ia pun tidak lupa mencantumkan nomor teleponnya.
Makalah Herman itu diawali dengan menyinggung soal jumlah kementerian yang akan ditetapkan di kabinet Jokowi - JK, yakni sebanyak 34 kementerian. Lalu ia membahas soal pertemuan Tim Transisi dengan Menteri Kordinator (Menko) Perekonomian, Chairul Tanjung pada 8 September lalu untuk membahas MP3I.
Dalam makalah yang terdapat banyak kesalahan pengetikan itu, Herman menyoroti soal salah pengelolaan BBM, gas dan listrik yang menurutnya telah menyebabkan program MP3I tidak kunjung sukses.
Dalam makalahnya itu ia menuliskan, bahwa strateginya itu bisa membuat program MP3I sukses dalam kurun waktu 5-10 tahun, dengan sejumlah sarat, dua diantaranya adalah dukungan dari Jokowi - JK serta seluruh masyarakat, dan adanya kemampuan dan kerja keras seluruh menteri.
Dalam makalah tersebut ia menjabarkan hal-hal apa yang harus dibangun, Herman membaginya dalam sembilan sektor, antara lain sektor infrastruktur, sektor migas, sektor listrik, sektor pertanian, sektor Industri dan perdagangan, sektor bisnis kreatif, sektor maritim, sektor pendidikan dan sektor bidang kesehatan.
Untuk sektor BBM, ia mengusulkan agar konsumsi masyarakat tidak berlebih maka pemerintah harus memulai program konversi BBM ke gas yang ketersediaannya di Indonesia lebih terjamin, dan harganya lebih terjangkau dibandingkan BBM. Pemerintah menurutnya dalam waktu sekitar satu tahun bisa membangun infrastruktur gas. Selain itu untuk mengakali konsumsi BBM berlebih maka pemerintah juga harus lebih menggalakan lagi penelitian dan produksi bioetanol.
Herman mengaku paham soal MP3I karena ia sempat mempelajari makro ekonomi di bangku kuliah walau pun tidak sampai selesai. Soal permasalahan-permasalahan Indonesia yang menghambat program MP3I, ia mengaku mengetahuinya dari media.
Berharap Indonesia lebih baik, ia pun memberanikan diri untuk menuangkan gagasan-gagasannya itu dalam makalah enam lembarnya itu, dan menitipkannya ke Tim Transisi.
"Saya mengajukan program supaya Indonesia bisa maju," katanya.
Ia bahkan mengaku bersedia jika Tim Transisi menggandengnya dalam tim Kelompok Kerja (Pokja) yang membahas MP3I.