Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketua MPR Sebut Agenda Reformasi Dibajak Wakil Rakyat

Ketua MPR Sidarto Danusubroto menyesalkan adanya kemunduran demokratisasi di Indonesia.

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Ketua MPR Sebut Agenda Reformasi Dibajak Wakil Rakyat
Tribunnews/Herudin
Sejumlah anggota DPR RI beradu mulut dengan Ketua Fraksi Partai Demokrat, Nurhayati Assegaf (tengah) saat sidang Paripurna DPR di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (25/9/2014). Fraksi di DPR harus melakukan lobi untuk menentukan voting pengesahan RUU Pilkada. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua MPR Sidarto Danusubroto menyesalkan adanya kemunduran demokratisasi di Indonesia. Padahal Indonesia telah mendapatkan apresiasi dunia terkait perjalanan demokrasi.

"Kita mengalami kemunduran akibat pertarungan antarelite wakil rakyat di DPR. Voting terhadap RUU Pilkada semalam membuka mata kita dan dunia bagaimana agenda reformasi rakyat dibajak justru oleh para wakil rakyat," ujar Sidarto ketika dikonfirmasi, Jumat (26/9/2014).

Sidarto menuturkan Pilkada langsung oleh rakyat yang sudah menuju kedewasaan. Terlihat muncul tokoh-tokoh yang menang tanpa politik uang seperti Rismawati, Ahok, Jokowi, Aswar Anas, Ridwan Kamil. Kepemimpinan mereka terancam tidak dapat berlanjut.

"Pilkada via DPR bukan saja merampas hak politik tetapi juga hak ekonomi rakyat karena putusan mereka memilih tentu didasarkan harapan atas perbaikan kesejahteraan sebagaimana telah dibuktikan oleh mereka," kata Sidharto.

Politisasi Senior PDIP menghimbau kecenderungan polarisasi di DPR yang menjadi ajang pertarungan kekuasaan antar kelompok sehingga kepentingan demokratisasi terganggu harus diakhiri.

"Saatnya DPR menjalankan agenda pendalaman demokrasi (deepening democracy) sehingga segera bisa bekerja untuk kesejahteraan dan keadilan. Saatnya beralih dari isu demokrasi prosedural ke demokrasi substansial," ujarnya.

Sidharto mengatakan polarisasi kekuasaan dalam DPR harus diakhiri, dan menciptakan kesepakatan baru mewujudkan kemakmuran ekonomi bagi rakyat dalam koridor sistem Presidensial

Berita Rekomendasi

"Amat disayangkan jika RI kalah memanfaatkan peluang memenangkan kompetisi ekonomi regional dan global akibat kegagalan menciptakan pemerintahan presidensil yang kuat (strong state). Hanya kestabilan politik yang bisa menjamin pertumbuhan ekonomi yang tinggi untuk perbaikan kesejahteraan rakyat Indonesia," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas