Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dicap PKI, Keluarga Pencipta Lagu 'Gendjer-gendjer' Hidup Menderita

Kini, keluarganya hidup dalam penderitaan karena dicap PKI

zoom-in Dicap PKI, Keluarga Pencipta Lagu 'Gendjer-gendjer' Hidup Menderita
Kompas.com/Ira Rachmawati
Sinar Syamsi (61), anak dari pengarang lagu Gendjer-gendjer saat ditemui di rumahnya di Banyuwangi, Selasa (30/9/2014). 

TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Pengarang lagu "Gendjer-gendjer", Muhammad Arief menghilang setelah pemberontakan PKI pecah pada 30 September 1965. Kini, keluarganya hidup dalam penderitaan karena dicap PKI.

Sinar Syamsi (61), anak dari Muhammad Arief mengisahkan, setelah rumah ayahnya di Jalan Kyai Shaleh Nomor 47, Kelurahan Temenggungan, Banyuwangi dihancurkan oleh massa pada 30 September 1965, Muhammad Arief pamit keluar rumah. Belakangan diketahui ayahnya ditangkap Corps Polisi Militer (CPM).

Syamsi bersama Suyekti, ibunya, kemudian membakar buku-buku bacaan yang berbau aliran kiri milik ayahnya. Ia bersama ibunya juga sempat menjenguk Muhammad Arief di Markas CPM.

"Bapak ditahan tentara dan itu terakhir saya bertemu dengan dia. Sempat dengar katanya bapak dipindah ke Kalibaru dan dengar lagi bapak sudah dipindah ke Malang," jelasnya.

Terakhir Muhammad Arief ia ketahui ditahan di Lowokwaru, Malang.

"Teman bapak yang cerita. Sampai saat ini saya tidak tahu bapak ada dimana. Dia tidak pernah kembali," kenangnya dengan mata berkaca-kaca.

Sementara itu, ibunya Suyekti yang asli Jawa Tengah memilih untuk tinggal di Banyuwangi di rumah warisan keluarga.

Berita Rekomendasi

"Kasihan ibu saya. Stigma sebagai keluarga PKI membuat ia tertekan. Ibu meninggal tahun 1997. Sampai hari ini sering ada yang melempar rumah menggunakan batu. Saya kepikiran untuk menjual rumah ini dan pindah kemana gitu. Capek dicap sebagai keluarga PKI," ujarnya.

Berkali-kali di-PHK

Istri Syamsi, Titik Puji Rahayu asal Magelang bersama ketiga anaknya, Cahyo, Andi dan Rama tinggal di Tangerang. Cap sebagai keluarga PKI terus menghantui keluarga Syamsi.

"Mereka tinggal di sana. Kasihan jika tinggal di Banyuwangi mereka tertekan karena dicap PKI. Kalau bisa, mereka tidak perlu mengaku sebagai anak saya. Sekarang mereka sudah bekerja," jelasnya.

Ia mengaku rindu dengan anak dan istrinya. Namun selain alasan tidak ada biaya, ia juga masih memikirkan nasib anak-anaknya.

"Semua orang sudah tahu kalau saya anaknya Pak Arief yang ngarang lagu Gendjer-gendjer. Tapi cukup saya saja, jangan bawa anak-anak saya," katanya.

Syamsi sendiri mengaku pernah diterima sebagai tentara tahun 1975, namun tanpa alasan yang jelas, namanya dicoret dari daftar. Kemungkinan besar ada kaitannya dengan masa lalu ayahnya.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas