Pernah Bekerja di Perusahaan Prabowo tapi Dukung Jokowi-JK
"Besar harapan kami agar pemerintah ke depan memberikan perhatian khusus agar Indonesia maju dan mandiri,"
Penulis: Rahmat Patutie
Editor: Y Gustaman
Mereka yang Berpeluang Jadi Pembantu Jokowi-JK (9)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus muda yang dipecat dari Partai Golkar karena membelot dari partai, Poempida Hidayatullah Djatiutomo mengatakan, penguasaan teknologi sangat penting artinya bagi kedaulatan bangsa. Dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sangat tergantung pada teknologi dan ilmu pengetahuan yang dikuasainya.
Sejarah telah membuktikan, penjajahan terjadi karena satu peradaban menguasai teknologi yang lebih unggul dari peradaban lainnya. Oleh sebab itu, kedaulatan ilmu pengetahuan dan teknologi (ipteka) menjadi sangat esensial bagi pembangunan Indonesia ke depan. Apalagi jika ingin menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang mandiri.
Ada banyak karya iptek anak bangsa yang dapat dikembangkan menjadi industri dan bermanfaat bagi seluruh rakyat. "Besar harapan kami agar pemerintah ke depan memberikan perhatian khusus agar Indonesia maju dan mandiri," ujar suami dari Fahrina Fahmi Idris, putri politikus gaek Golkar Fahmi Idris.
Poempida sangat menghormati Habibie. Pada paruh pertama tahun 1990-an, Poempida mendapat beasiswa dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yang saat itu dipimpin BJ Habibie. Habibie ketika itu menjadi kepercayaan Presiden Soeharto untuk mengurusi teknologi, sehingga dipercaya merangkap jabatan di BPPT dan Menteri Riset dan Teknologi.
Beasiswa itu mengantar Poempida kuliah di University of Bristol, Inggris, di bidang aeronautical engineering. Selanjutnya, Poempida mendapatkan gelar doktor dari Imperial College of Science, Technology and Medicine, London, Inggris, dalam bidang mechanical engineering. Bidang keahlian Poempida melingkupi numerical analysis, computational fluid dynamics, CAD/CAM, dan mathematical modelling.
Tahun 1999, Poempida dan keluarganya kembali ke Tanah Air. Ia lalu menjadi pengajar di program S2 Universitas Guna Darma Jakarta. Pada usia 30 tahun, Poempida telah menjadi Rektor Universitas Kebangsaan, Bandung. Jabatan itu diembannya antara 2002-2004.
Poempida juga sempat bekerja di bidang perminyakan. Saat itu, ia bergabung di Nusantara Energy Group milik mantan Danjen Kopassus Prabowo Subianto.
Pada pengujung 2004, Poempida mendirikan Universal Business Group dan memulai karier sebagai pengusaha. Perusahaan tersebut bergerak di bidang pengamanan atau security, konsesi hutan, dan energi terbarukan (renewable energy).
Tahun yang sama, Poempida menjadi pengurus aktif Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Laki-laki kelahiran Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, 18 Maret 1972 itu punya obsesi menorehkan sejarah karena berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (Angin) komersial pertama di Indonesia.
Di dunia politik, Poempida bergabung ke Partai Golkar dan sempat menjadi wakil bendahara ketika Jusuf Kalla menjadi ketua umum, 2004-2009. Ia kemudian terpilih menjadi anggota DPR dan duduk di Komisi IX yang membidangi antara lain masalah-masalah kesehatan, ketenagakerjaan, dan kependudukan untuk.
Ia juga sempat mendirikan Kabinet Indonesia Muda (KIM) bersama Budiman Sudjatmiko, Indra J Piliang, dan para aktivis, pengamat, serta politisi yang mempunyai visi yang sama dalam membangun bangsa. Di sela-sela kesibukannnya, Poempida menuliskan pengalaman dan pemikirannya dalam buku The Da Vinci Factor, Seni Menggali Berbagai Keahlian.
Poempida yang berdarah Jawa, tumbuh kembang di wilayah Sukabumi, Jawa Barat. Setelah menyelesaikan SD dan SMP di Mardiyuana, Cicurug, Sukabumi, Poempinda melanjutkan ke SMA Negeri I Bogor. Di sekolah, ia aktif di beberapa organisasi seperti pramuka, kelompok ilmiah siswa, dan OSIS. Pada tahun 1990, Poempida diterima di jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung (ITB).
Kini, Poempida menyatakan siap apabila Jokowi-JK menunjuk dirinya menjadi menteri. Menurutnya, hal itu merupakan suatu tanggung jawab besar yang harus dikerjakan secara maksimal.
"Kalau memang ini keinginan masyarakat dan Pak Jokowi-JK merestuinya, ini berarti amanah dari Yang Maha Kuasa. Kita tidak boleh menolak amanah. Justru ini menjadi tanggung jawab yang harus kita kerjakan secara maksimal, harus benar-benar amanah dalam mengemban tugasnya, dan yang paling penting kita harus mencapai target-target apa yang diharapkan pak Jokowi-JK," ujarnya.
"Bagaimanapun, seorang menteri tidak bisa mempunyai pandangan dan pemikiran sendiri, menteri harus patuh terhadap platfom yang ditetapkan oleh presiden dan wapres. Menteri cuma membantu," katanya. (Tribunnews.com/rahmat patutie)