Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menteri Pariwisata: Harus Ada Wifi di Bandara

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengharuskan bandara memiliki wifi. "Di airport harus ada wifi-nya," ujarnya.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Menteri Pariwisata: Harus Ada Wifi di Bandara
Surya/Erfan Hazransyah
Dampak dari puncak perayaan HUT Ke-69 Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang berpusat di Komando Armada Timur (Koarmatim), Dermaga Ujung, Surabaya, mempengaruhi jadwal penerbangan di Bandara Internasional Juanda, Surabaya, Selasa (7/10/2014). Suasana lengang tampak pada beberapa ruangan di bandara tersebut, seperti ruang kedatangan domestik, ruang check in, dan lorong menuju boarding room. Surya/Erfan Hazransyah 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memiliki latar belakang panjang di dunia telekomunikasi, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengharuskan bandara memiliki wifi. "Di airport harus ada wifi-nya," ujarnya saat serah terima jabatan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II Mari Elka Pangestu di Jakarta, Selasa (28/10/2014).

Namun, seperti diungkapkan Arief, salah satu kelemahan Indonesia adalah kesiapan teknologi dalam hal ini infrastruktur di bidang informasi, komunikasi, dan teknologi. Hal ini terlihat dari The Global Competitiveness Index (GCI) yang dikeluarkan World Economic Forum.

Pada daftar GCI, persaingan Indonesia dibanding negara-negara lainnya di dunia menempatkan Indonesia berada di peringkat 34 dari 144 negara. Ada beberapa sektor yang menjadi penilaian suatu negara dalam GCI. Menurut Arief, dari daftar tersebut ada tiga sektor yang nilai skornya lemah untuk Indonesia yaitu, infrastruktur, kesiapan teknologi (infrastruktur informasi, komunikasi, dan teknologi), serta kesehatan dan higienitas.

"Perbaikan infrastruktur ICT (information, communication, technology) bisa lebih mudah dan lebih murah, dibanding perbaikan hard infrastructure seperti perbaikan jalan," ungkapnya.

Salah satu contohnya perbaikan infrastruktur adalah penyediaan WIFI di bandara-bandara seluruh Indonesia. Selain itu juga, penggunaan teknologi informasi untuk kemudahan para turis. Arief memberi contoh kartu Octopus yang diterapkan di Hongkong. Dengan kartu ini, warga Hongkong maupun turis bisa memakainya untuk membayar kereta cepat, bus, sampai kapal feri, bahkan belanja di supermarket.

Di Indonesia, Arief menuturkan sinergi antara Telkom dan PT KAI (Kereta Api Indonesia) berupa penggunaan kartu pra bayar untuk commuterline. Hasilnya adalah peningkatan jumlah penumpang dan pendapatan.

Digital marketing

BERITA REKOMENDASI

Arief mengungkapkan pemasaran pariwisata Indonesia juga tidak bisa lepas dari dunia digital atau teknologi informasi. Walaupun ia mengakui, pemasaran yang konvensional akan tetap dikerjakan.

"Thailand lebih banyak iklannya daripada kita. Tapi itu tidak murah. Kita akan introduce digital marketing," ungkapnya. Konsep pemasaran yang akan ia jalankan adalah pemasaran digital yang lebih sosial dengan penggunaan media sosial dan terpersonalisasi.

Sementara itu, di kesempatan yang sama, mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu menuturkan di era teknologi informasi, harus digunakan berbagai sarana untuk mempromosikan produk.  "Penggunaan teknologi informasi merupakan cara ekonomis dan menyebar cepat untuk mempromosikan pariwisata," katanya.

Oleh karena itu, lanjut Mari, ia yakin Arief bisa mempromosikan dan memajukan pariwisata Indonesia melalui teknologi informasi. Apalagi ia sendiri sudah melihat salah satu hasilnya. "Saya pernah me-launching produk Pak Arief, aplikasi Android wisata di Banyuwangi, peta untuk ke desa wisata. Itu produk dari Telkom," kata Mari.

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas