Setelah 40 Tahun Menunggu Harapan Nyonya Ginting Terkabulkan
"Terima kasih Pak Joko Widodo. Empat puluh tahun saya menunggunya. Baru kali ini jadi kenyataan." Kalimat itu meluncur dari Likas Br Tarigan.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandrtiatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Terima kasih Pak Joko Widodo. Empat puluh tahun saya menunggunya. Baru kali ini jadi kenyataan." Kalimat itu meluncur dari Likas Br Tarigan Djamin Ginting (90) setelah suaminya Letjen TNI (Purn) Djamin Ginting diangkat sebagai Pahlawan Nasional.
Lista Br akrab disapa Nyonya Djamin Ginting langsung menghadiri penerimaan plakat tanda jasa untuk gelar pahlawan nasional yang diberikan oleh negara langsung dari Presiden Jokowi di Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jumta (7/11/2014).
Wajahnya yang penuh keriput dimakan usia memancarkan keharuan. Mata perempuan kelahiran Sibolangit, 13 Juni 1924 lalu itu tambah berbinar ketika mendengar lagu Indonesia Raya berkumandang. Dari atas kursi rodanya, ia turut bernyanyi lantang.
Nyonya Djamin tak kuasa menahan air matanya, ketika menerima sebuah tanda gelar pahlawan bertuliskan nama sang suami, gambar Garuda dan tulisan "Jasamu Tetap Dikenang," dari Jokowi.
"Saya merasa lega, karena suami saya kerja keras untuk kemerdekaan ini. Jadi empat puluh tahun sudah lewat, sekarang baru dapat," ucap Nyonya Djamin kepada Tribunnews.com usai upacara penganugerahan tanda gelar pahlawan di Istana Negara.
Ibu lima anak ini mengisahkan perjuangan keluarga dan kelompok masyarakat mengusulkan Djamin Ginting menjadi pahlawan nasional. Ia mengingat usulan gelar pahlawan nasional itu disodorkan, terakhir tiga tahun lalu. Tapi, selama itu pula janji tinggal janji, dan hampir membuatnya putus harapan.
"Sekarang sudah kenyataan. Saya senang sekali. Saya bangga," ucapnya. Ia tak sekadar bangga menerima suaminya diakui sebagai pahlawan nasional, tapi karena selama ini ia turut berjuang dengan suaminya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
"Satu kali, tiba-tiba pada sebuah pagi datang pesawat terbang Belanda. Saat itu saya sakit. Suami saya dengan ajudan langsung melompat keluar. Sebanyak 52 kali ditembaki pesawat tempur Belanda," kenang Nyonya Djamin peristiwa puluhan tahun lalu.
"Saat itu, saya merangkak hingga ke tepi sungai dengan anak saya yang masih kecil. Tahu-tahu datang ajudan bapak. 'Ayo Bu ke tempat Bapak.' Saya bilang, 'Kenapa bukan bapak yang menjemput aku?' Ketika itu ajudan itu jawab, 'kalau ibu mati, itu yang mati satu orang saja. Tapi kalau Bapak yang mati, itu sama saja mati dua resimen. Jadi terserah ibu, mau ikut atau tidak.' Itu yang paling saya kenang," kisahnya.
Tak Lama Lagi Menyusul
Di akhir wawancara, Nyonya Djamin merasakan usianya tak lagi panjang. Perjuangannya bersama suami sudah selesai. Ia meninggalkan pesan kepada anak muda berjuang keras agar negeri ini bisa lebih baik lagi dari sekarang sesuai cita-cita pendiri bangsa.
"Saya sudah 90 tahun. Mungkin, saya sudah tua dan tak lama lagi menyusul. Dan saya juga akan dimakamkan di Kalibata. Sudah disiapkan Kementerian Sosial, dimana saya akan dikuburkan," kata Nyonya Djamin.
Sebelum menutup pembicaraannya, Likas tak lupa sekali lagi menyampaikan terimakasihnya kepada Presiden Jokowi yang telah memberikan kehormatan bagi suami dan keluarganya tanda gelar Pahlawan Nasional.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.