Jalan Bergelombang ke Rumah Duka TKI Asal Muna Sultra
TKI korban pembunuhan sadis warga Inggris di Hongkong, Seneng Mujiasih alias Jesse Lorena Ruri (28) dan Sumarti Ningsih (23) direncanakan dipulangkan
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, MUNA - Dua jenazah TKI korban pembunuhan sadis warga Inggris di Hongkong, Seneng Mujiasih alias Jesse Lorena Ruri (28) dan Sumarti Ningsih (23) direncanakan dipulangkan ke Tanah Air secepatnya Selasa (11/11/2014).
Sumarti akan dibawa ke kampung halaman Cilacap, Jawa Tengah dan Seneng akan diantarkan ke rumah orang tuanya, Desa Sidomakmur, Kecamatan Tiworo Kepulauan, Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara.
Jenazah Seneng akan diantarkan pihak Kementerian Luar Negeri dari Hongkong melalui Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Haluoleo Kendari, perjalanan laut melalui Pelabuhan Kendari-Pelabuhan Nusantara Raha dan dilanjutkan perjalanan darat sekitar 50 Km ke rumah duka.
Pantauan Tribun pada Sabtu (8/11/2014), jalan bergelombang, berlobang dan berdebu sepanjang lebih 10 kilometer siap menyambut saat memasuki jalan poros Kabupaten Muna Barat, kabupaten yang baru dimekarkan dari pemekaran Kabupaten Muna pada Juli 2014.
Hanya beberapa kilometer saja jalan mulus berlapis aspal di daerah tersebut. Selebihnya, jalan tersebut rusak parah dengan gundukan batu kapur dan tanah di beberapa titik.
Jalan yang rusak tersebut merupakan jalan poros provinsi penghubung Raha-Tondasi dan kerap dilalui untuk pengendara menuju ke Sinjai Sulawesi Selatan. "Ini jalan provinsi. Memang sedang ada perbaikan di beberapa titik jalan ini, tapi pengerjaannya proyeknya lompat-lompat. Jadi, kalau musim kemarau seperti sekarang ini jalannya berlobang dan berdebu. Nanti musim hujan, jalanannya berlumpur," ujar warga setempat, Awal.
Puluhan truk pengangkut batu kali dan batu kapur tampak lalu-lalang di jalan tersebut. Sejumlah alat berat juga tampak di sisi jalan. Dan sejumlah pekerja proyek tampak mengerjakan saluran air di tepi jalan.
Rumah panggung berbahan papan bercampur rumah modern berjajar sepanjang jalan sat memasuki Kecamatan Tikep. Sejumlah rumah dengan ukiran khas Jawa dan Bali juga tampak menghiasa beberapa rumah di wilayah tersebut.
Sejumlah batang pohon jagung yang tak berbuah, lahan sawah kering, cokelat, jambu mete, kakao menghiasi sepanjang sisi jalan. Namun, lagi-lagi jalan di wilayah tersebut rusak dan berdebu.
Menurut Suripto (61), sebagian warga di Tikep adalah transmigran dari Sleman, Yogyakarta, Banyuwangi, Ponorogo dan Bali. "Kami transmigran sejak 1983. Sekarang kami berbaur dengan warga lokal di sini. Penduduk di Tikep sekitar 75 persen adalah bertani. Saya juga bertani, tapi sekarang cuma bisa urus lahan kering karena belum juga turun hujan," tuturnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.