Suciwati Sakit Mendengar Pembebasan Pollycarpus
“Maaf, suaranya di sini putus-putus,” kata Suciwati ketika itu lalu mengakhiri hubungan teleponnya.
TRIBUNNEWS.COM,MALANG – Pembebasan bersyarat Pollycarpus, terpidana kasus pembunuhan Munir membuat kecewa Istri Munir Said Thalib, Suciwati, dan seluruh pengurus Omah Munir yang selama ini menjadi aktivis hak asasi manusia (HAM). Gara-gara inipula, Suciwati menjadi sakit.
Saat Surya (Tribunnews.com Network) menghubunginya, Sabtu (29/11/2014) sore, suara Suciwati terdengar sedikit parau.
Ia sempat berbicara pada Surya (Tribunnews.com Network), namun tidak menjawab pertanyaan yang diberikan. Saat itu kami ingin mendengar pendapatnya terkait pembebasan bersyarat Pollycarpus ini.
“Maaf, suaranya di sini putus-putus,” kata Suciwati ketika itu lalu mengakhiri hubungan teleponnya.
Setelah itu ia pun tidak memberikan jawaban meski Surya (Tribunnews.com Network)mengirim sms pada ponselnya sebanyak dua kali.
Direktur Omah Munir, Salma Safitri, saat dihubungi Surya, Sabtu (29/11/2014) sore, mengatakan Suciwati kini sakit.
Selain karena kabar kebebasan Pollycarpus yang sampai ke telinga mereka pada Jumat (28/11/2014) sore, juga karena Suciwati kelelahan.
Fifi, sapaan dari Salma Safitri memaparkan Suciwati sejak dua hari lalu disibukkan dengan aktivitas pindah rumah. Suciwati capai karena aktivitas tersebut meski sudah dibantu beberapa orang dari Omah Munir.
Sekedar diketahui, sejak kematian Munir, Suciwati adalah single parent.
Ia menghidupi dua anak dari hasil pernikahannya bersama Munir dengan menjadi konsultan lepas, mengurusi bisnis keluarga, termasuk mengurus Omah Munir di Batu.
Walau demikian, perjuangan Suciwati pada berbagai persoalan HAM tetap tidak kendur.
Ia sama bersemangatnya dengan Munir, terutama untuk mencari dalang pembunuh suaminya.
Karena itu begitu mendengar kabar pembebasan Pollycarpus, Suciwati langsung berkecamuk.
Begitu juga dengan para aktivis HAM dari Omah Munir. Mereka juga berang dengan keputusan tersebut dan memandang bahwa pemerintah tidak serius menangani persoalan ini.
“Kalau pemerintah serius, seharusnya dia (Pollycarpus, red) tidak diberi pembebasan bersyarat. Pembebasan ini menyakitkan kami, para aktivis HAM,” kata Fifi.